Merupakanalat musik gamelan yang berasal dari daerah provinsi bali. Senjata tradisional indonesia dari 34 provinsi, nama, gambar, dan asalnya. Tari ini berkembang di masyarakat zaman dulu sebagai penyemangat pemuda aceh dalam melawan . Source: 2.bp.blogspot.com. Nah berikut inilah daftar jenis alat musik tradisional di indonesia.
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam atau Aceh sering dijuluki dengan sebutan “Tanah Rencong”. Tahukah Anda dari mana julukan ini berasal? Julukan “Tanah Rencong” berasal dari sebutan nama senjata tradisional Aceh yang sangat terkenal dan memiliki desain unik, yang bernama Rencong atau Rentjong. Nah, di artikel kali ini kita akan membahas tentang keunikan rencong tersebut beserta beberapa senjata tradisional Aceh lainnya beserta gambar dan keterangannya yang sayang untuk dilewatkan. Senjata Tradisional Aceh Ada 3 senjata tradisional Nangroe Aceh Darussalam yang cukup dikenal di kancah Nasional, yaitu Rencong, Siwah, dan Peudeung. Namun, di antara jenis senjata lainnya, rencong adalah yang paling unik. 1. Senjata tradisional rencong Selain berfungsi sebagai senjata, bagi masyarakat asli Aceh, rencong juga dianggap sebagai simbol identitas diri. Keberanian, ketangguhan, dan harga diri masyarakat Aceh terejawantahkan dalam bentuk dan desain senjata jenis belati ini. Menilik pada sejarahnya, rencong diketahui mulai digunakan sejak zaman Kesultanan Aceh, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Ali Mughaya Syah. Di masa itu, rencong selalu diselipkan di pinggang sang Sultan Pertama itu, para Ulee Balang bangsawan, dan masyarakat sebagai sarana untuk mempertahankan keselamatan diri. Khusus untuk rencong kepunyaan Sultan Ali Mughaya Syah hingga kini masih dapat kita temui di Museum Aceh sebagai salah satu koleksi dan pajangan. Rencong tersebut memiliki pegangan dan serangka sarung yang terbuat dari emas atau gading. Sementara rencong yang biasa digunakan masyarakat umum biasanya dibuat dari kayu atau tanduk kerbau. Berdasarkan bentuknya, rencong sebagai senjata tradisional Aceh dapat ditemukan dalam 4 jenis, yaitu rencong meucugek, rencong meupucok, rencong pudoi, dan rencong meukuree. Rencong meupucok adalah rencong dengan gagang kecil di bagian bawah dan membesar ke atasnya. Gagang rencong bagian atas biasanya dibubuhi ukiran emas dan ujungnya diberi hiasan dari gading gajah atau tanduk. Rencong meucugek adalah rencong dengan gagang melengkung hampir siku ke arah mata rencong. Jenis rencong ini memiliki bentuk demikian agar memudahkan tangan pemegangnya dalam menggunakannya saat melakukan pembelaan diri. Rencong meukuree adalah rencong yang dilengkapi dengan ukiran di bagian matanya. Ukiran bisa berbentuk bunga, lipan, daun, ular, atau ragam flora dan fauna lainnya. Rencong pudoi adalah rencong biasa yang gagangnya tidak dilengkapi dengan variasi. Jenis rencong inilah yang banyak digunakan sebagai alat perlawanan rakyat Aceh saat berperang melawan penjajahan Belanda. Selengkapnya 35 Senjata Tradisional Indonesia dari Berbagai Provinsi 2. Senjata tradisional siwah Selain rencong, Aceh juga memiliki Siwah sebagai salah satu varian senjata tradisionalnya. Siwah sebetulnya memiliki bentuk dan fungsi yang nyaris serupa dengan rencong. Bedanya, siwah berukuran lebih besar. Di masa silam, siwah juga digunakan sebagai sarana perlindungan diri dan alat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Namun, dapat juga ditemui senjata ini sebagai perlengkapan pakaian para Ulee Balang. Siwah yang digunakan para bangsawan tersebut biasanya dilengkapi dengan hiasan emas dan tahta permata pada sarung dan gagangnya. Berikut ini adalah gambar siwah sebagai salah satu senjata tradisional Aceh yang kini cukup sulit ditemukan. 3. Senjata tradisional peudeung Senjata tradisional Aceh lainnya yaitu Peudeung atau Pedang Aceh. Senjata ini umumnya digunakan sebagai pelengkap dalam pertarungan. Jika biasanya rencong digenggam di tangan kiri sebagai alat tikam penusuk, peudeung digenggam di tangan kanan sebagai alat pengalih perhatian sekaligus untuk pencincang dan pentetak tubuh lawan. Gambar di bawah ini adalah gambar dari peudeung Aceh yang bisa menjadi gambaran bentuk atau wujud senjata ini. Berdasarkan bentuk gagangnya, peudeung aceh dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu peudeung tumpak jingki, ulee meu-apet, dan ulee tapak guda. Peudeung tumpang jingki memiliki bentuk gagang seperti mulut yang terbuka, peudeung ulee meu apet memiliki gagang yang terdapat penahan apet agar tidak mudah lepas, sementara peudeung ulee tapak guda memiliki gagang yang menyerupai telapak kuda. Nah, itulah 3 senjata tradisional Aceh beserta keterangan dan gambarnya yang bisa kami sampaikan di artikel kali ini. semua senjata tersebut memiliki nilai sejarah dalam perkembangannya, sejak mulai digunakan sebagai alat pertahanan diri, pelengkap pakaian adat, hingga sebagai senjata untuk berperang melawan penjajah. Sudah seharusnya kita melestarikan senjata-senjata tersebut supaya tidak punah hilang ditelan zaman.
DetailJual Senjata Tradisional Badik Rencong Aceh Original Kuno - Kab. Jepara - Elmanaksesoris | Tokopedia, klik untuk melihat koleksi gambar lain di kibrispdr.org
Banyak senjata tradisional di indonesia diantaranya Banda Aceh, Aceh adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terkenal dengan senjata tradisional aceh yang unik dan indah. Senjata tradisional Aceh merupakan warisan budaya yang penting bagi masyarakat Aceh dan memainkan peran penting dalam sejarah Tradisional Banda AcehIni 10 Senjata Tradisional Asal Aceh yang Perlu Kamu Tahu1. yang banyak digunakan pada zaman kekuasaan kesultanan Aceh sejak sultan pertama yaitu Sultan Ali zaman itu, Rencong digunakan oleh sultan, para prajurit, dan juga rakyat untuk mempertahankan untuk pertahanan diri dalam menghadapi musuh, Rencong juga berguna untuk melawan hewan buas saat dan fungsi rencongRencong memiliki berbagai jenis, di antaranyaRencong Meukureu rencong besar Rencong Meukureu adalah jenis rencong yang paling umum dan paling banyak digunakan. Senjata ini memiliki panjang sekitar 50-60 cm dengan gagang yang dibuat dari kayu. Pada ujung gagang terdapat lubang yang digunakan untuk mengaitkan seutas tali sebagai pengaman saat Keumala Rencong Keumala adalah jenis rencong yang lebih kecil daripada Rencong Meukureu. Senjata ini memiliki panjang sekitar 30-40 cm. Rencong Keumala biasanya digunakan untuk keperluan ritual atau upacara Beutong Rencong Beutong adalah jenis rencong yang terbuat dari logam dan memiliki hiasan pada gagangnya. Senjata ini biasanya digunakan oleh orang-orang kaya atau bangsawan pada masa Mancung Rencong Mancung adalah jenis rencong yang memiliki gagang yang pendek dan runcing pada ujungnya. Senjata ini digunakan untuk pertahanan diri dan biasanya dibawa di dalam Gajah Rencong Gajah adalah jenis rencong yang memiliki gagang yang terbuat dari tulang gading. Senjata ini biasanya digunakan oleh raja atau orang-orang yang memiliki kedudukan digunakan sebagai senjata, rencong juga memiliki nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat Aceh. Rencong sering digunakan dalam upacara adat seperti perkawinan, khitanan, atau pengajian sebagai simbol kekuatan dan kemakmuran. Rencong juga menjadi bagian penting dari busana adat Aceh dan sering dikenakan sebagai aksesori oleh pria dan adalah senjatar tradisional aceh yang terbuat dari besi atau baja dengan panjang bervariasi, biasanya antara 40 hingga 80 ini termasuk senjata jarak dekat yang digunakan saat berperang. Bentuknya memanjang layaknya pedang dan lebih panjang dari zaman dahulu, para pejuang menggunakan peudeung berpasangan dengan rencong. Rencong bertugas untuk menikam dan Peudeung untuk menebas lawan pada jarak dari Pudoi hampir mirip dengan Rencong, namun memiliki perbedaan pada gagang yang lebih pendek dan lurus. Hal ini memberikan kesan bahwa Pudoi adalah Rencong yang belum biasanya digunakan oleh prajurit Aceh pada masa lalu, terutama pada saat mereka terlibat dalam peperangan. Dalam situasi pertempuran, Pudoi menjadi senjata yang cukup efektif karena ukurannya yang kecil dan mudah Pudoi tidak lagi digunakan sebagai senjata dalam peperangan modern, namun senjata tradisional ini tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya Aceh. Melalui Pudoi, kita dapat mempelajari sejarah perang dan kehidupan para prajurit Aceh pada masa kita kenali senjata tradisional masyarakat Aceh yang dikenal dengan nama Meucugek. Senjata ini memiliki bentuk ramping dan ukuran kecil yang sangat cocok digunakan dalam itu, senjata Meucugek juga memiliki kemampuan yang cukup handal dalam mengalahkan musuh, terutama dalam jarak dekat. Dalam pertempuran, senjata ini dapat digunakan untuk menyerang musuh secara langsung dengan tusukan yang cepat dan heran jika senjata Meucugek menjadi pilihan utama para pejuang dalam melawan musuh. Karena keunikan dan keahliannya, senjata ini menjadi sebuah ikon dalam kebudayaan masyarakat satu senjata tradisional yang berasal dari Aceh adalah Reuduh. Secara fisik, senjata ini memiliki bentuk yang menyerupai golok umumnya digunakan untuk penyerangan pada jarak dekat. Berkat bentuknya yang tipis, senjata ini terasa ringan saat dibawa dan digunakan oleh membuat Reuduh semakin unik adalah gagangnya yang indah dan fungsional. Terdapat ukiran pada gagangnya yang tidak hanya membuatnya terlihat cantik secara estetik, tetapi juga memberikan kenyamanan saat adalah senjata tradisional yang berasal dari Aceh dan memiliki kesamaan fisik dengan rencong, yaitu ramping dan ujungnya tajam. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan antara Siwah dan Rencong, yaitu ini terjadi karena hanya raja-raja yang biasanya menggunakan Siwah sebagai senjata, sementara Rencong bisa digunakan oleh siapa saja. Ornamen pada Siwah yang melambangkan kemewahan seperti emas, batu permata, dan lainnya juga menjadi penyebab segmentasi kemewahannya, Siwah sudah menjadi barang langka sejak zaman dulu, apalagi pada zaman sekarang. Jika ada Siwah yang tersedia, pasti harganya sangat Bambu saja, Bambu Runcing bukanlah senjata yang asing bagi rakyat Indonesia. Senjata ini digunakan selama perjuangan memperoleh kemerdekaan bagi bangsa dan negara banyak yang tahu bahwa Bambu Runcing sebenarnya berasal dari Aceh dan merupakan salah satu senjata tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Bahkan, keberadaannya lebih tua daripada senjata tradisional lainnya seperti digunakan sebagai senjata dalam peperangan, Bambu Runcing juga digunakan dalam acara-acara resmi tradisional atau sebagai bagian dari sebuah pertunjukan seni. Hal ini menunjukkan keunikan dan keindahan senjata tradisional Aceh yang dapat digunakan untuk berbagai Peudeung Ulee Tapak membedakan Peudeung Tumpang Jingki dari senjata lain adalah bentuk pegangannya yang menyerupai tapak kuda yang unik. Selain itu, senjata ini juga dilengkapi dengan sarung yang berdesain peperangan, senjata dari Daerah Istimewa Aceh ini memiliki tugas spesialisasi sendiri yaitu untuk memotong bagian tubuh lawan. Senjata ini memiliki kemampuan untuk memotong dengan cepat dan akurat, sehingga menjadi senjata yang mematikan di medan Peudeung Tumpang Tumpang Jingki merupakan senjata tradisional Aceh yang khas dan memiliki bentuk yang sangat unik. Senjata ini adalah turunan dari senjata tradisional Aceh lainnya, yaitu Peudeung, yang memiliki keunikan pada gagangnya yang terbuka dan mirip dengan bentuk ikan guppy dari bahan utama baja hitam, Peudeung Tumpang Jingki memiliki ujung yang tajam, body yang padat, kokoh, dan tebal. Meskipun desainnya terlihat sederhana, kekuatan dan keunggulan Peudeung Tumpang Jingki tidak bisa diragukan lagi. Senjata ini sangat efektif dalam pertempuran jarak dekat dan mampu mengalahkan pedang jenis Rencong tradisional dari Aceh yang memiliki keindahan tersendiri adalah Rencong Meukuree. Rencong Meukuree mirip dengan Rencong namun memiliki perbedaan kecil pada bagian mata yang terukir dengan ukiran pada mata senjata ini berbentuk hewan berbisa seperti ular dan lipan yang sangat tradisional Rencong Meukuree sama seperti senjata asli Aceh lainnya, digunakan untuk serangan pada jarak dekat. Namun, keunikan dan keindahannya membuat Rencong Meukuree tidak hanya digunakan sebagai senjata, tapi juga dijadikan sebagai benda koleksi yang dihargai oleh banyak satu-satunya Daerah Istimewa di pulau Sumatera, Aceh memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Mulai dari sistem hukum hingga adat istiadat, semuanya sangat unik dan berbeda dari daerah-daerah lain di satu yang menarik perhatian adalah senjata tradisional Aceh yang masih eksis hingga saat ini. Mayoritas senjata tradisional Aceh merupakan senjata tajam yang memiliki nilai filosofis dan historis penting bagi masyarakat Aceh. Setiap jenis senjata memiliki keunikan tradisional aceh dan penjelasannyaAda senjata yang dirancang khusus untuk menikam lawan, ada senjata yang difungsikan untuk menebas musuh, dan ada juga yang mampu memotong lawan. Tiap senjata tradisional Aceh memiliki fungsi dan makna yang berbeda-beda, dan semuanya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke senjata tradisional Aceh yang populer di antaranya adalah Rencong, Beladau, dan Peudeung. Rencong adalah senjata yang umum digunakan sebagai alat komunikasi pada masa lalu. Beladau, yang memiliki bentuk yang agak melengkung, biasanya digunakan sebagai alat pertahanan. Sedangkan Peudeung, senjata dengan gagang yang terbuat dari kayu dan berbentuk melengkung, digunakan sebagai senjata informasi ini, semoga pengetahuan kamu mengenai senjata tradisional Aceh semakin bertambah dan kamu semakin menghargai kekayaan budaya Aceh yang luar biasa.
16 Senjata Tradisional DI Yogyakarta cdninstagram.com. Secara antropologis, masyarakat Yogyakarta memiliki budaya yang sama dengan Jawa Tengah karena berasal dari suku yang sama, yaitu Jawa. Karena itu, keris yang merupakan senjata khas Jawa tengah juga dikenal sebagai senjata tradisional Yogyakarta. 17. Senjata Tradisional Bali harianriez.com
Senjata Tradisional Aceh., – Nanggroe Aceh Darussalam NAD merupakan salah satu provinsi yang letaknya berada di ujung Indonesia. Dengan letaknya yang sangat jauh ini, ternyata provinsi ini memiliki rekam jejak sejarah yang sangat panjang. Salah satu rekam jejak yang masih tersimpan adalah adanya senjata tradisional Aceh yang zaman dahulu digunakan untuk berperang melawan para penjajah. Berkat senjata ini, Aceh dapat melindungi masyarakatnya serta melindungi wilayahnya agar tidak jatuh ke pelukan negara lain. Apa saja senjata tradisional Aceh? Bagi Kamu orang Aceh tentunya sudah tidak asing lagi dengan senjata tradisional ini. namun, bagi Kamu warga provinsi lain, tentunya Kamu penasaran seperti apa senjata tradisional di Aceh. Daripada penasaran, langsung saja simak penjelasan selengkapnya di bawah ini. 1. Senjata Siwah Senjata tradisional pertama yang harus Kamu tahu adalah siwah. Siwah adalah senjata tajam yang memiliki bentuk seperti corong. Senjata ini biasa digunakan untuk menyerang lawan. Meskipun bentuknya seperti corong, namun ukuran yang dimiliki oleh senjata ini ternyata berbeda dengan ukuran corong. Bahkan ukurannya jauh lebih besar dan melebihi ukuran corong pada umumnya. Saat ini, jenis senjata tradisional ini bisa dikatakan langka, bahkan harganya juga sangat mahal. Pasalnya, senjata ini merupakan bagian perlengkapan senjata raja-raja di Aceh. Senjata ini juga memiliki hiasan emas dan permata di bagian senjatanya. Selain itu, terdapat sarung dan pegangan yang berfungsi sebagai pegangan. Hal inilah yang menjadikan senjata ini terlihat indah meskipun sangat tajam dan berbahaya. 2. Rencong Selain Siwah, Aceh juga memiliki senjata tradisional lain yang disebut dengan Rencong. Jenis senjata tradisional Aceh ini dahulunya digunakan pada zaman kesultanan Aceh yakni pada masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Aceh pertama. Senjata tradisional Rencong dahulunya selalu diselipkan di pinggang Sultan Aceh. Para Ulee Balang dan juga para masyarakat guna mempertahankan diri dari musuh. Ada pun Renong yang digunakan oleh para bangsawan dan rakyat biasa juga dibuat dengan menggunakan bahan yang berbeda. Untuk Rencong bangsawan dibuat dengan menggunakan emas, sedangkan sarungnya dibuat dengan menggunakan bahan gading. Untuk rencong yang digunakan oleh masyarakat biasa dibuat dengan menggunakan bahan kuningan atau besi putih. Sedangkan bagian sarungnya dibuat dengan menggunakan sarung atau tanduk kerbau. 3. Meucugek Senjata tradisional Aceh selanjutnya adalah Meucugek. Meucugek atau cugek memiliki arti perekat. Bentuk senjata tradisional ini sekilas hampir mirip dengan senjata Rencong. Hanya saja yang menjadikan senjata ini berbeda adalah bagian gagangnya. Bagian gagang senjata Meucugek dibuat dengan panahan atau memiliki perekat. Fungsi dari perekat ini untuk memudahkan para penggunanya saat menikam musuh saat menggunakan senjata ini. 4. Meupucok Selain Meucugek, Aceh juga memiliki sebuah senjata yang disebut dengan Meupucok. Meupucok adalah sebuah senjata yang memiliki pucuk dimana pucuk ini terbuat dari ukiran-ukiran logam dan emas di bagian atas gagangnya. Saat ini senjata tradisional Meupucok hanya digunakan sebagai hiasan pada acara-acara resmi yang memiliki hubungan dengan kesenian atau acara adat di Aceh. 5. Pudoi Pudoi juga termasuk salah satu senjata tradisional Aceh yang memiliki bentuk seperti Rencong. Yang membuat senjata ini terlihat berbeda adalah bagian gagangnya dimana gagang senjata ini lebih pendek dan lurus. Hal ini juga yang menjadikan senjata ini tampak seperti Rencong yang belum jadi. Nama Pudoi di Aceh sendiri merupakan sebutan untuk segala sesuatu yang belum sempurna. Baca juga Pakaian tradisional nusantara 6. Rencong Meukuree Rencong Meukuree memiliki bentuk yang sama dengan rencong lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada bagian matanya saja sebab untuk rencong ini di bagian matanya terdapat hiasan. Adapun biasannya adalah gambar lipan, bunga ataupun ular yang diukir dengan sangat cantik. Adapun cara menggunakan senjata tradisional ini juga sama dengan rencong pada umumnya. 7. Peudeung Peudeung di Aceh lebih dikenal dengan sebutan pedang Aceh. Biasanya senjata ini digunakan sebagai pelengkap dalam pertarungan. Jika rencong cara menggunakannya dipegang dengan tangan kiri dengan fungsi untuk menikam. Maka, Peudeung digenggam dengan menggunakan tangan kanan dengan fungi untuk mengalihkan perhatian musuh sekaligus digunakan untuk mencincang tubuh lawan. 8. Peudeung Tumpang Jingki Peudeung Tumpang Jingki adalah salah satu jenis pedang aceh yang memiliki fungsi sama dengan pedang lainnya. Yang menjadikan peudang ini berbeda adalah gagangnya dibuat menyerupai mulut yang terbuka. Sebenarnya ini hanya ciri khas saja sebagai tanda untuk memperindah peudeung. 9. Peudeung Ulee Meu-Apet Senjata tradisional Aceh ini juga berbentuk peudeung atau pedang Aceh. Hanya saja, gagang dari pedang aceh ini terdapat apet atau panahan yang tidak mudah dilepas. Fungsi apet ini untuk memudahkan penggunaannya agar lebih erat dan mudah saat menggenggam dan menggunakan senjata tajam ini. 10. Peudeung Ulee Tapak Guda Ini adalah salah satu Peudeung yang paling unik dari semua peudeung yang ada di Aceh. Uniknya kenapa? Sebab peudeung ini pada bagian gagangnya memiliki bentuk yang mirip dengan telapak kaki kuda. Selain peudueng-peudueng di atas, ternyata Aceh juga memiliki pedang lain yang dibedakan berdasarkan asal wilayahnya. Untuk peudeung Habsyah berasal dari Abberinia, peudeung Turki adalah peudeung raja-raja turki, dan juga peudeung Poertugis yang berasal dari wilayah Eropa Barat. Baca juga Rumah adat terpopuler di indonesia 11. Meriam Sri Rambai’ Iskandar Muda Ini adalah salah satu senjata tradisional Aceh yang memiliki sejarah yang sangat mendalam. Senjata ini menjadi bukti bahwa Sultan Iskandar Muda pernah merasakan masa kejayaan dengan bukti peninggalan berupa Meriam Sri Rambai. Sayangnya saat ini meriam ini tidak ada di Indonesia. Saat ini meriam ini menghadap di ke laut dan di letakkan di Frot Cronwallis, Geeorge Town, Penang, Malaysia. Meskipun demikian, kita sebagai masyarakat Indonesia patut bangga bahwa Aceh pernah memiliki sebuah senjata yang sangat terkenal pada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda. Pada zaman dahulu, meriam ini digunakan untuk menyerang para penjajah di Aceh. Sedangkan saat ini, di Aceh masih melakukan budaya meriam terus menerus. Biasanya akan ada bunyi meriam yang sangat banyak di bulan ramadhan. Fungsi dari menghidupkan meriam adalah untuk bermain-main sekaligus meramaikan suasana bulan ramadhan di Aceh. Dengan banyaknya senjata tradisional yang berada di Aceh membuktikan bahwa provinsi ini adalah provinsi yang kuat. Selain itu, adanya senjata ini juga menjadi salah satu warisan budaya yang harus dijaga keberadaannya. Jangan sampai saat senjata ini mulai diakui oleh negara lain Kamu baru akan membela dan mengakui keberadaan senjata tradisional ini. Selain memiliki senjata tradisional yang beraneka macam, Aceh juga memiliki nilai sejarah yang sangat panjang. Sudah sepatutnya sebagai masyarakat Indonesia khususnya warga Aceh mulai belajar dan melestarikannya. Semoga dengan adanya penjelasan ini menjadikan Kamu lebih sadar bahwa negara ini adalah negara yang kuat dan kaya akan peradaban.
- Мሩժ իνዖтреቃе
- ፅլу աքጅ ξቭዱ
- ԵՒտюյофαφеኃ иղучоվу шωց жαмаγ
- Фሳթеκиሚ зодοгуфች
- Գጏጰеպеձ βачጽ уբያգ
PeuduengUlee Tapak Guda merupakan salah satu senjata tradisional Aceh dengan ciri khas yang unik. Senjata ini merupakan pedang dengan panjang bilah sekitar 72 cm yang memiliki gagang seperti telapak kaki kuda. Gagangnya sendiri terbuat dari tanduk hewan sehingga menambah kekhasan dari senjata tradisional ini. Peudeung Tumpang Jingki
Sebagai bagian dari khazanah kekayaan Indonesia, Aceh juga memiliki pakaian adat yang cantiknya luar biasa. Baju ini namanya Ulee Balang, yang ternyata memadukan budaya Melayu, Islam, dan Cina. Nah, seperti apa sih pakaian adat Aceh ini? Buat kamu yang penasaran, yuk dibaca ulasan yang menarik berikut ini. Happy reading, guys! Jenis Pakaian Adat AcehA. Linta Baro Baju Adat Pria1. Meukasah2. Sileuweu3. Meukeutop4. RencongB. Daro Baro Baju Adat Wanita1. Baju Kurung2. Celana Cekak Musang3. KerudungPerhiasanA. Perhiasan Laki-laki Aceh1. Taloe JeuemB. Perhiasan Perempuan Aceh1. Mahkota Patam Dhoe2. Anting-anting Subang3. Kalung Taloe Tokoe Bieung Meuih4. Bros Keureusang5. Lempengan Dada Simplah6. Gelang Tangan Ikay7. Cincin Euncien Pinto8. Gelang Kaki Gleung Goki Sumber gambar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki baju adat daerah yang dinamakan Ulee Balang. Meskipun sama-sama dikenakan oleh pria dan wanita, baju Ulee Balang ini dibedakan lagi nama dan jenisnya. Ulee Balang yang dipakai kaum pria dinamakan Linta Baro, sedangkan untuk yang dipakai oleh perempuan disebut dengan Daro Baro. A. Linta Baro Baju Adat Pria Sumber gambar Baju adat Linta Baro atau Peukayan Linta Baro adalah pakaian yang khusus dikenakan oleh para pria. Pada jaman dulu, biasanya busana ini dipakai untuk kepentingan acara kerajaan dan untuk upacara adat dari kerajaan besar di Aceh, yaitu Kerajaan Perlak dan Kesultanan Samudra Pasai. Pakaian adat Linta Baro dibagi menjad 3 bagian, yakni bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah, lengkap dengan senjata tradisional nya. 1. Meukasah Sumber gambar Meukasah adalah salah satu bagian penting dari baju adat Linta Baro. Baju atasan dengan lengan panjang ini ditenun dari bahan benang sutra. Biasanya, warna yang digunakan untuk Meukasah ini adalah warna hitam, sebab masyarakat setempat meyakini warna hitam adalah simbol kebesaran. Pada bagian kerah Meukasah dibuat tertutup, serta dilengkapi dengan sulaman yang dijahit memakai benang emas sampai ke depan dada. Walaupun budaya Islam dan Melayu cukup dominan dan kental dalam pakaian ini, sentuhan budaya Cina ternyata juga sedikit melekat di dalamnya. Hal ini tidak lepas dari sejarah Aceh, yang dulunya masuk dalam jalur perdagangan Tiongkok. 2. Sileuweu Sumber gambar Selain disebut dengan istilah Sileuweu, bagian ini juga sering disebut dengan nama celana Cekak Musang kaum laki-laki Aceh. Sileuweu sendiri dalam Bahasa Aceh berarti celana, yakni celana panjang untuk baju adat Linta Baro yang umumnya berwarna hitam. Celana panjang ini jika dipakai akan terasa halus, sebab dibuat menggunakan bahan tenun kain katun. Di sisi bawah celana ini, style nya dibuat dengan model melebar. Ada juga pola hiasan berbentuk sulaman yang tampak indah di bagian bawahnya, yang disulam menggunakan benang emas. Nah, saat memakainya, pakaian kaum pria Aceh ini akan dilengkapi juga dengan kain sarung songket, yang dibuat dari bahan sutra. Secarik kain yang disebut dengan istilah Ija Lamgugap ini, dipakai dengan cara diikat pada pinggang. Sarung Songket itu adalah kain yang wajib dipakai apabila mengenakan Sileweu, karena dianggap bisa menampilkan wibawa oleh pemakainya. Kain sarung songket ini rata-rata panjangnya dari pinggang, lalu dipakai hingga ke atas lutut sekiar 10 centimeter. Selain disebut dengan nama Ija Lamgugap, kadang kain sarung songket ini juga dinamakan dengan Ija Krong atau Ija Sangket. 3. Meukeutop Sumber gambar Bagian terakhir yang harus dipakai juga dalam berpenampilan baju adat Aceh adalah dengan mengenakan Meukotop. Meukotop adalah penutup kepala atau kopiah, yang bentuknya lonjong ke atas. Sebagai hiasan, Meukotop didesain dengan sebuah lilitan atau bungkus yang dikenal dengan nama Tengkulok. Bungkusan ini dibuat dari bahan kain tenun sutra, yang dibuat membentuk pola bintang persegi delapan yang dibuat dengan material emas atau kuningan. Tak hanya dipakai sebagai penutup kepala, Meukotop ini juga difungsikan sebagai mahkota untuk kaum pria Aceh. Karenanya, dalam kopiah Meukotop juga terdapat beberapa makna penting bagi rakyat Aceh, yang mencakup makna hukum, makna adat, makna kanun, dan makna reusam. Desain pembuatan Meukotop sangat dipengaruhi kebudayaan Islam, yang sekaligus sebagai bukti bahwa ajaran Islam punya andil besar dalam perkembangan budaya Aceh. Penutup kepala ini memilki lima kombinasi warna yang berbeda-beda, dari merah, putih, kuning, hijau, dan hitam. Pemakaian lima warna ini memiliki filosofi dan arti tersendiri, yakni sebagai berikut. Warna merah mencerminkan sifat kepahlawanan. Warna putih mencerminkan lambang kesucian. Warna kuning mengandung makna kesultanan. Warna hijau melambangkan agama Islam. Warna hitam mengandung makna ketegasan. 4. Rencong Sumber gambar Untuk melengkapi pakaian adat Linta Baro ini, dikenakan juga senjata Rencong, yang merupakan senjata khas Aceh. Senjata ini merupakan cermin bagi identitas pertahanan sekaligus keberanian rakyat Aceh. Senjata yang juga dikenal dengan nama Siwah ini adalah senjata tradisional yang bagian kepalanya dibuat dari emas atau perak. Sebagai hiasan, sebuah batu permata biasanya juga terdapat pada senjata itu sekaligus juga terdapat ukiran kutipan ayat-ayat Al Qur’an. Rencong sendiri merupakan senjata sejenis belati yang bentuknya menyerupai huruf L. Umumnya, Rncong ini akan diletakkan menyelip di lipatan sarung pinggang, dengan pegangannya akan menonjol keluar layaknya keris-keris dari tanah Jawa. Dulunya, senjata tradisional ini hanya diperuntukkan para pejabat kerajaan dan sultan saja. Rakyat biasa juga boleh memakai rencong, hanya bagian kepalanya dibuat dari bahan tanduk hewan. Mata belati senjata ini dikenal sangat tajam, karena dibuat dari bahan kuningan atau besi dengan warna putih yang diasah hingga tajam. B. Daro Baro Baju Adat Wanita Sumber gambar Baju adat Daro Baro atau Peukayon Daro Baro adalah pakaian yang khusus dikenakan oleh para perempuan. Berbeda dengan baju adat Linta Baro yang dominan hitam, Daro Baro jusru punya warna yang variatif, misalnya merang, kuning, hijau, dan ungu. Tak hanya itu, beragam aksesoris dan perhiasan juga melengkapi pakaian adat asal Aceh ini. Walaupun punya perbedaaan yang cukup mencolok dengan Linta Baro, nyatanya Daro Baro juga dibagi menjadi 3 bagian, dari atasan, tengah, dan bawahan. Selain itu, pakaian adat Daro Bajo juga memiliki corak yang sedikit banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam bercampur Melayu. 1. Baju Kurung Sumber gambar Baju Kurung adalah bagian Daro Bar yang menjadi atasan, yang modelnya mendapat pengaruh dari percampuran kebudayaan Melayu, Arab, dan Cina. Makanya, tidak mengherankan jika ukurannya dibuat longgar, supaya bisa menutup pinggul serta seluruh lekuk tubuh perempuan serta auratnya. Bagian lengannya juga dibuat panjang, sehingga baju ini juga menutup sempurna daerah lengan. Tak ketinggalan juga, di leher ada kerah, dan di sisi depannya juga ada Boh Dokma, yakni perhiasan khas Aceh untuk para perempuan yang desainnya memukau. Sejak dari dulu, bahan Baju Kurung diambil dari benang sutra tenun yang memiliki corak yang terbuat dari benang emas. Sama seperti Lita Baro,pemakaian busana adat Baju Kurung juga dilengkapi dengan kain songket dari Aceh. Kain Songket yang dinamakan Ija Krong Sungket ini, dipakai secara melilit di pinggang, sehingga akan menutup daerah pinggul. Untuk melengkapinya, ada sebuah tali pinggang yang dibuat dari bahan emas atau perak, yang dipakai untuk mengikat sisi bawah baju. Nah, tali pinggang ini disebut dengan istilah Taloe Ki Leng Patah Sikureueng, yang artinya adalah tali pinggang patah sembilan. 2. Celana Cekak Musang Sumber gambar Celana Cekak Musang yang dikenakan para perempuan Aceh, bentuknya tak jauh beda dengan celana Sileuweu yang dipakai pada pakaian adat Linta Baro. Dengan demikian, celana Cekak Musang ini juga memiliki bentuk yang di buat melebar ke arah bawah. Namun, berbeda dengan warna celana Sileuweu yang cenderung hitam, celana ini warnanya cerah, mengikuti warna Baju Kurung yang dipakai. Untuk melengkapinya, celana ini juga dipadukan dengan sarung tentun yang memanjang dari pinggang ke lutut. Untuk mempercantik penampilannya, di bagian pergelangan kaki ada hiasan juga, yang bentuknya berupa sulaman yang dibuat memakai benang emas. Nah, wanita-wanita Aceh seringkali menampilkan tarian adat khas Aceh dengan memakai celana Cekak Musang ini juga, misalkan pada pertunjukan Tari Saman. 3. Kerudung Sumber gambar Sesuai dengan julukan Provinsi Nanggore Aceh Darussalam yang disebut sebagai bumi Serambi Mekah, sebisa mungkin pakaian adat wanita juga bisa menutup seluruh auratnya, mencakup bagian kepala. Nah, berhubung bagian rambut wanita adalah termasuk aurat yang dilarang untuk dilihat selain mahram, maka perempuan Aceh juga harus memakai kerudung sesuai syariat. Biasanya, kerudung ini akan dipakai dengan berbagai perhiasan yang disebut Patam Dhoe. Perhiasan A. Perhiasan Laki-laki Aceh 1. Taloe Jeuem Sumber gambar Taloe Jeuem adalah seuntai tali jam yang dibuat dari bahan perak sepuh emas. Tali ini bentuknya menyerupai cincin-cincin kecil yang dirangkai membentuk rantai, yang dikombinasikan dengan hiasan berbentuk 2 buah ikan dan 1 kunci. Di kedua ujungnya, dilengkapi dengan pengait yang membentuk angka 8. Toloe Jeuem ini adalah pelengkap bagi pakaian adat Aceh, yang dikaitkan pada baju laki-laki. B. Perhiasan Perempuan Aceh 1. Mahkota Patam Dhoe Sumber gambar Baju Daro Baro tak lengkap rasanya jika dikenakan tanpa perhiasan-perhiasan yang bentuknya cukup beragam. Misalnya saja, ada perhiasan berbentuk mahkota, yang dinamakan Patam Dhoe. Di tengah-tengah Patam Dhoe ini dilengkapi dengan sebuah ukiran cantik yang bentuknya mirip dengan daun sulur. Biasanya, perhiasan Patam Dhoe ini bagian kiri dan kannya dibuat mirip dengan corak-corak pohon, daun, dan bunga, serta dibuat dari bahan emas. Di bagian tengahnya pula, bisanya juga dilengkapi dengan kombinasi ukiran yang dikenal dengan istilah Bungoh Kalimah, yakni ukiran kaligrafi yang berlafadzkan Allah dan Muhammad. Nah, corak-corak bulat dan bunga biasanya juga mengelilingi ukiran Bungoh Kalimah ini. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa perempuan yang memakainya sudah menikah, dan sudah masuk dalam tanggung jawab suami. 2. Anting-anting Subang Sumber gambar Tak hanya Patam Dhoe, perhiasan lain yang kerap pakai juga oleh perempuan-perempuan Aceh sat memakai Daro Baro ini adalah anting-anting yang dikenal dengan istilah Subang. Sepasang perhiasan Subang ini dibuat memakai bahan emas, dengan motif bulat-bulat kecil yang disebut dengan nama Boh Eungkot. Supaya lebih cantik lagi, di bagian bawah anting-anting itu juga dilengkapi hiasan menjuntai. Jenis lain dari model anting-anting Subang ini adalah Subang Bungong Mata Uroe, yang bentuknya dibuat mirip dengan Bunga Matahari. Jika diukur, rata-rata perhiasan Subang punya diameter sekitar 6 cm. 3. Kalung Taloe Tokoe Bieung Meuih Sumber gambar Selanjutnya, perhiasan yang juga dipakai untuk melengkapi pakaian adat Aceh Daro Baro ini adalah kalung emas. Nah, perhiasan yang satu ini dibuat dengan bentuk mempunyai 6 batu dengan bentuk hati dan 1 batu lagi bentuknya menyerupai kepiting. Di Aceh, kalung seperti ini dinamakan Taloe Tokoe Bieung Meuih. Selain itu, terdapat juga kalung emas yang coraknya serupa dengan daun sirih dan kalung azimat, yang memiliki manik-manik dengan motif bulat, mirip dengan Boh Bili. 4. Bros Keureusang Sumber gambar Keureusang adalah perhiasan dada yang dikaitkan pada baju perempuan, yang dibuat dari bahan emas dan intan berlian. Secara keseluruhan, bros ini membentuk seperti hati, dengan permata intan dan berlian yang jumlahnya mencapai 102 butir. Sebagai salah satu benda mewah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengenakannya sebagai perhiasan baju harian. Umumnya, perhiasan ini panjagnya sekitar 10 cm danlebarnya 7,5 cm. 5. Lempengan Dada Simplah Sumber gambar Simplah juga termasuk perhiasan dada yang dikenakan kaum wanita. Perhiasan ini dibuat dari bahan perak yang disepuh dengan emas, yang jumlahnya mencapai 24 lempengan segi enam dan 2 lempengan berbentuk segi delapan. Di masing-masing lempengan tersebut, dihias motif ukiran bunga dan daun, serta terdapat permata berwarna merah di tengah-tengahnya. Untuk memakainya, lempengan Simplah dihubungkan oleh 2 buah untaian rantai berukuran kecil. Umumnya, perhiasan ini mempunyai panjang 51 cm dan lebar 51 cm. 6. Gelang Tangan Ikay Sumber gambar Nah, perhiasan lain yang masih dipakai juga sebagai perhiasan baju adat wanita adalah gelang tangan, yang dinamakan Ikay. Perhiasan ini biasanya dibuat dari bahan emas kuning atau emas putih. 7. Cincin Euncien Pinto Sumber gambar Perhiasan cincin yang dipakai oleh wanita Aceh dinamakan Euncien Pinto. Perhiasan terebut dibuat dari emas kuning atau emas putih. 8. Gelang Kaki Gleung Goki Sumber gambar Perhiasan gelang kaki di Aceh, dikenal dengan nama Gleung Goki. Gelang ini adalah perhiasan yang asalnya dari bahan emas kuning atau emas putih. Mengenal Pakaian Adat Aceh A. Sejarah Singkat Sumber gambar Pakaian adat Aceh Ulee Balang merupakan warisan secara turun-temurun yang sudah ada dari Kerajaan Perlak dan Kesultanan Samudra Pasai. Baju adat ini adalah refleksi dari seni dan kebudayaan masyarakat setempat, kerena mempunyai ciri yang kental dengan kekhasan a la Aceh. Tak hanya itu, pengaruh budaya Islam dan Melayu juga ada dalam busana ini. Karena Aceh dulunya merupakan jalur utama perdagangan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Tiongkop, corak kebudayaan Cina juga sedikit banyak ikut dalam model pakaian adat Aceh ini. B. Pemakaian Sumber gambar Dahulu, busana adat ini hanya boleh dikenakan oleh sultan, pejabat, dan keluarga kerajaan saja. Biasanya, baju adat ini akan dikenakan oleh keluarga dan pembesar kerajaan saat mengadakan acara resmi ataupun saat dilangsungkan upacara adat. Tapi kemudian, secara perlahan-lahan pakaian ini ditetapkan sebagai baju tradisional adat Aceh dan boleh dipakai oleh semua orang. Karenanya, Ulee Balang ini adalah busana yang kini biasa dipakai untuk acara pernikahan, baik dikenakan oleh mempelai laki-laki maupun perempuan. Selain itu, baju adat ini juga kerap dipakai untuk acara sunatan dan acara kenegaraan. C. Bahan Pembuatan Sumber gambar Untuk pembuatan pakaian adat Aceh ini, digunakan berbagai kombinasi bahan. Misalkan saja ada bahan kain sutra, kain katun tenun, benang emas, dan lain-lain. Bahan-bahan ini dipakai menyesuaikan kebutuhan pakaian yang dikenakan oleh kaum pria dan kaum perempuan Aceh. Untuk perhiasan, bahan-bahan yang dipakai antara lain emas kuning, emas putih, perak, dan batu permata. Nah, itulah tadi ulasan asyik dari pakaiat adat Aceh yang ternyata cukup variatif bagian-bagiannya. Selain pakaian adat, jangan lupa juga pelajari tentang tarian tradisional asal Aceh, seperti Tari Seudati, Tari Bungong Jeumpa, Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe. Jika kamu ada pertanyaan seputar baju adat Ulee Balang ini, langsung saja ketikkan di kolom komentar di bawah. Jangan lupa like dan share juga, ya.
1 Provinsi DI Aceh / Nanggro Aceh Darussalam / NAD Senjata Tradisional : Rencong 2. Provinsi Sumatera Utara / Sumut Senjata Tradisional : Piso Surit, Piso Gaja Dompak 3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar Senjata Tradisional : Karih, Ruduih, Piarit 4. Provinsi Riau Senjata Tradisional : Pedang JenaWi, Badik Tumbuk Lado 5. Provinsi Jambi
Naggroe Aceh Darussalam NAD termasuk provinsi yang memiliki banyak senjata tradisional sendiri, diantaranya ada rencong, siwaih, peudeung, kliwang, dan lain-lain. Berbagai senjata tradisional tersebut saat ini tidak lagi memegang fungsi sebagai alat perang, melainkan bergeser sebagai warisan budaya dan pelengkap pakaian adat. Beberapa juga digunakan sebagai properti bela diri seperti senjata tumbuk lada di Aceh Tamiang. Bagaimana gambar dan penjelasannya setiap senjata tradisional Aceh tersebut? Ulasan lengkapnya ada di bawah ini, ya! Macam Macam Senjata Tradisional Aceh 1. Rencong2. Peudeung3. Kliwang4. Siwaih5. Amanremu6. Aruk-aruk 7. Tarah Bajoe 8. Tumbuk Lada 1. Rencong Iqbal M. Umar 2013 Rencong adalah salah satu sebagai senjata tradisional Aceh paling terkenal , dan membuat provinsi ini juga dijuluki Tanah Rencong. Menurut sejarah, rencong mulai dipakai pada masa kekuasaan Sultan Mughayatsyah yang berkuasa di Kerajaan Aceh tahun 1514 sampai 1528. Iqbal M. Umar 2013 Berdasarkan latar belakang Aceh yang merupakan salah satu daerah berbasis ajaran Islam kental, maka bentuk senjata daerahnya pun banyak dipengaruhi dengan filosofi religius. Bentuk dan konstruksi rencong dibuat sedemikian rupa membentuk huruf dari ejaan kata Bismillah Ba, Sin, Mim, Lam, Ha. Dimulai dari ganggang rencong, bentuknya dibuat memiliki lekukan di ujung dan menebal sebagai representasi huruf hijaiyah Ba ﺏ. Kemudian ganggang bagian tengah, yang biasa menjadi daerah genggam dibentuk menyerupai huruf Sin ﺱ. Pangkal bilah yang menancap membentuk huruf Mim م. Bentuk dasar bilah rencong yang menyerupai belati membentuk huruf Lam ل. Dan terakhir, ujung bilahnya yang melengkung dibuat mirip seperti huruf hijaiyah Ha هـ. Iqbal M. Umar 2013 Menurut adat dan kebiasaan di Aceh, arah hadap dalam penggunaan rencong harus mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan. Pada kondisi bahaya, arah hadap rencong dibawa dengan cara ujung gagangnya menghadap ke bawah. Hal ini akan membuat sisi tajam bilah berada di atas dan bisa digunakan untuk mempertahankan diri. Posisi ini juga membuat lafadz Bismillah pada rencong menjadi tidak terbaca. Artinya pada kondisi terburuk ketika rencong harus menghunus lawan, hal tersebut tidak mengatasnamakan Allah. Sedangkan pada kondisi normal, sebagai contoh pada pesta pernikahan, rencong harus dibawa dengan posisi ganggang menghadap ke atas dan sisi tajam berada di bawah. Gaya ini menjadikan lafadz Bismillah terbaca dengan jelas sebagai pengingat bahwa kegiatan harus dimulai dengan bacaan basmallah. Jenis-jenis rencong terbagi menjadi empat berdasarkan karakteristik gagangnya, dan keterangannya adalah sebagai berikut. 1. Rencong Meupucok Iqbal M. Umar 2013 Meupecok adalah jenis rencong yang masuk senjata golongan atas bagi rakyat Aceh. Hal ini merujuk pada fungsinya yang dahulu hanya diperuntukkan sebagai senjata para sultan, sedangkan sekarang lebih difungsikan untuk mendukung kegiatan adat. Keunikan senjata tradisional ini terletak pada pangkal bilah di atas gagang yang terdapat pucuk dari bahan emas murni. Ciri-ciri bentuk gagang rencong berbentuk kecil di bagian ujung dan menggembung pada bagian atas dekat dengan pangkal. Pada pangkal gagangnya dibubuhi motif tumpal pucuk rebung bambu berbahan emas dan permata. Secara keseluruhan rencong meupucok didominasi oleh warna kuning emas dengan aksen hijau sebagai identitas kerajaan. Hal ini karena kedua warna itu hanya boleh digunakan oleh ahli waris Kerajaan Aceh sebagai simbolisasi bahwa kerajaan mampu memberikan kehangatan tercermin dari warna kuning dan kesejukan warna hijau kepada rakyatnya. Keistimewaan lain dari rencong meupucok ini adalah sarungnya yang terbuat dari gading gajah sebagai penanda kepemilikan sultan, sebab rencong biasa bahan untuk sarung terbuat dari tanduk kerbau atau kayu. Panjang total dari jenis rencong ini sekitar 30 cm. 2. Rencong Meucugek Iqbal M. Umar 2013 Iqbal M. Umar 2013 Iqbal M. Umar 2013 Penamaan rencong meucugek berdasarkan pada komposisi senjatanya yang memiliki cugek, yaitu suatu perekat sekaligus penahan pada gagang pegangan. Gagang ini melengkung ke arah mata rencong hingga 90º atau sekitar 8-10 cm. Cugek ini memberikan kekuatan pegangan saat rencong digunakan sehingga tidak mudah lepas dari tangan. Penggunaan rencong meucugek sangat terkenal sebagai alat tikam andalan untuk melawan penjajahan Belanda. 3. Rencong Meukuree Detail kuree pada rencong maukuree. sumber Iqbal M. Umar 2013 Berbeda dengan jenis rencong lain yang dibedakan berdasar bentuk gagangnya, rencong meukuree dibedakan karena memiliki mata rencong yang unik. Mata rencong dibubuhi hiasan bermotif akar kayu, bunga dan gambar hewan sehingga menghasilkan senjata tradisional yang indah. Motif atau guratan yang disebut kuree ini terbentuk secara tidak sengaja selama proses pembuatannya. Oleh karena itu desain motifnya terbentuk secara alami dan tidak semua rencong memilikinya. Rencong meukure yang baru biasanya baru memiliki jumlah kuree yang sedikit, dan akan bertambah seiring lamanya penyimpanan rencong. Masyarakat Aceh percaya kuree memiliki kekuatan magis, sama seperti pamor pada keris jawa. 4. Rencong Pudoi Iqbal M. Umar 2013 Pudoi dalam bahasa Indonesia berarti tidak sempurna atau hanya setengah. Ketidaksempurnaan ini terlihat dari bentuk gagangnya yang lebih pendek dan tidak berleku seperti jenis rencong lain. Hal ini karena rencong pudoi adalah bentuk modifikasi dari rencong muecegek sebagai bagian tak tik untuk mengelabui Belanda. Rencong Pudoi zaman itu diselipkan pada bagian pinggang yang tertutup kain sarung sehingga tidak dapat diketahui oleh Belanda. Bilah rencong pudoi memiliki sisi tajam dan tidak tajam yang dibatasi oleh tebal dan tipisnya tempaan besi. Sisi tajam pada rencong terdapat pada bagian yang ditempa tipis dan berada di ujung bilah. Bentuk rencong pudoi dimaknai sebagai filosofi prinsip keseimbangan di Aceh yaitu disimbolkan pada ujung rencong yang menyerupai api, dan ujung gagang yang membentuk tetesan air. Karena adanya simplifikasi pada ganggang, rencong pudoi tidak dimanfaatkan untuk alat perang seperti jenis lain, melainkan dipakai sebagai pelengkap pakaian adat. 2. Peudeung Peudeung Zulpaka Aceh. Sumber Senjata tradisional peudeung aceh berasal dari bentuk dasar sikin panyang senjata tradisional Sumatera Utara. Senjata ini merupakan jenis pedang sebagai alat penyerang yang mulai banyak diproduksi di Aceh ketika perang aceh meletus. Bersumber dari wikipedia, mulanya sikin payang yang diadopsi ke Gayo diberi nama luju naru, baru pada perkembangannya disebut dengan peudeung. Pada dasarnya peudeung berbentuk pedang lurus bermata pisau hanya di salah satu sisinya saja. Panjang keseluruhannya sekitar 70-79 cm, dengan 25 cm bagiannya berupa gagang. Ciri khas dari senjata ini berada pada ujung gagangnya membentuk huruf Y, yang kemudian mengalami modifikasi dan menghasilkan beberapa jenis peudeung. Berikut ini adalah jenis-jenis peudeung Aceh dan keterangannya. 1. Peudeung Tumpang Jingki Peudeung Tumpang Jingki memiliki gagang berbentuk mulut yang terbuka dan menahan benda di atasnya. Bilahnya terbuat dari besi sedangkan gagangnya berasal dari tanduk hewan. Panjangnya kurang lebih 70 cm dan memiliki bobot senjata yang lebih berat. 2. Peudeung Ulee Meu-Apet Pembeda pada peudeung Ulee Meu-Apet adalah adanya penahan yang disebut apet. Apet ini berfungsi sebagai penahan genggaman tangan sehingga tidak mudah lepas. 3. Peudeueng Ulee Tapak Guda Peudeung ulee tapak guda didesain dengan gagang membentuk telapak kaki kuda. Gagangnya diambil dari tanduk hewan dengan panjang bilahnya kurang lebih 72 cm. 3. Kliwang Kliwang adalah bentuk modifikasi dari senjata tradisional Klewang dari Sumatera Selatan. Hanya saja pada kliwang Aceh, desainnya dibuat lebih ramping. Klewang ini merupakan perpaduan golok dan pedang yang dibentuk sedemikian rupa. 1. Kliwang tauhaj gejong Kliwang tauhi gejong mempunyai panjang sekitar satu meter dengan ujung yang menebal dimulai dari pangkalnya. 2. Kliwang lipeuh ujong Kliwang lipeuh ujong memiliki ukuran yang lebih pendek daripada jenis tauhi gejong, yaitu sekitar 90 cm. Ketipisan bilahnya merata dari ujung sampai pangkalnya. Bagian tajam dari kliwang berada di punggung yang dekat ujung. 4. Siwaih Siwaih atau siwah adalah salah satu jenis senjata tradisional Aceh yang memiliki model menyerupai rencong. Siwaih berukuran lebih panjang dan lebih besar apabila dibandingkan dengan rencong. Peruntukannya adalah untuk para raja, sultan dan ulebalang yang dicirikan dari ornamen hias pada gagang dan sarungnya yang berbahan emas dan permata. Sama seperti rencong meupecok yang diperuntukan untuk sultan, siwaih ini juga memiliki sarung senjata yang terbuat dari gading gajah, suasa, perak ataupun kayu pilihan dengan kualitas paling bagus. 5. Amanremu Amanremu merupakan senjata tradisional bertipe pedang yang digunakan oleh masyarakat Gayo, Aceh Tengah. Panjang bilahnya sekitar 75 cm dengan karakteristik pangkalnya lebih kecil daripada bagian ujung. Uniknya sisi tajam dari amanremu hanya berada di bagian mata pedang bagian tengah bilah. Gagangnya berlekuk kecil dengan membentuk bulatan di bagian ujung. Sedangkan sarung pedangnya dibuat dari kayu mengikuti pola bilah. Senjata tradisional ini berfungsi untuk mendukung kegiatan berburu. 6. Aruk-aruk Masih berasal dari daerah yang sama dengan mmanremu, aruk-aruk juga merupakan senjata tradisional suku Gayo. Aruk-aruk biasanya digunakan sebagai alat dukung berburu hewan di hutan. Aruk-aruk ini merupakan jenis tombak dengan panjang gagangnya sekitar dua meter. Keunikannya terletak pada mata tombaknya yang dibuat dengan bentuk bulat. 7. Tarah Bajoe Tarah bajoe adalah salah satu jenis senjata tradisional serupa kelewang yang digunakan khususnya oleh masyarakat Aceh Barat. Tarah bajoe memiliki panjang sekitar 75 cm dengan bagian tajam berada di mata bilahnya. Bagian punggung bilah dibuat melengkung seperti cermin cembung. Gagangnya dibuat dari tanduk hewan biasanya kerbau atau juga bisa berbahan kayu keras. Ornamen hias berupa ukiran ditambahkan pada gagang tarah bajoe untuk memberikan keindahan dan kekhasan pada senjata tradisional ini. 8. Tumbuk Lada Tumbuk lada adalah senjata tradisional yang berasal dari Aceh Tamiang, sebuah daerah yang langsung berbatasan dengan Langkat, Sumatera Utara. Tumbuk lada menjadi senjata khas dari suku Tamiang yang berbentuk pisau panjang. Saat ini senjata tumbuk lada digunakan untuk melengkapi silat Rencah tebang sebagai salah tarian khas dari daerah ini. Bahkan, logo ulang tahun yang dilansir resmi oleh kabupaten Aceh Tamiang tahun 2019 menampilkan senjata tumbuk lada ini. Ornamen Hias dan Gambarnya Ragam hias pada gagang rencong. sumber Iqbal M. Umar 2013 Ornamen hias digunakan dalam senjata tradisional Aceh baik pada sarung senjatanya ataupun pada bagian gagang. Beberapa motif yang digunakan merupakan representasi dari corak flora dan bentuk geometris. Ragam hias arabik juga banyak digunakan mengingat budaya Islam di Aceh sangat kental. Biasanya, bebrapa motif diukir berulang pada beberapa bagian dengan memberkan pemisah untuk membuat corak lain. Corak ini membentuk ukiran dengan tekstur nyata walaupun kedalaman ukirnya halus. Ornamen hias ini memberikan kesan estetik dan elegan pada setiap senjata tradisional khas Aceh. Ragam hias pada gagang rencong Meupecok. sumber Iqbal M. Umar 2013 Detail ragam hias di rencong meupecok Kerajaan Aceh. Sumber Ragam hias pada Siwaih. Sumber Nah, demikian penjelasan tentang apa nama dan keunikan dari masing-masing senjata tradisional Aceh. Dari berbagai foto yang tercantum, terlihat bahwa ragam senjata yang menjadi corak masyarkat Aceh sangat unik dan dipenuhi dengan nilai filosofis. Semoga berbagai senjata tradisional ini tetap lestari, walaupun fungsi praktisnya telah banyak bergeser pada jaman sekarang ini. Selain senjata tradisional, jangan lupa juga pelajari tentang tarian tradisional asal Aceh, seperti Tari Seudati, Tari Bungong Jeumpa, Tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe.
Janu. Heboh Gambar Senjata Daerah - Bagi kamu yang aktif dimedia sosial pasti sering menjumpai gambar senja. Berbagai gambar senjata daerah dibawah ini juga sanggup kalian jadikan sebagai status Whatsapp, Instagram, Foto Profil Facebook atau dijadikan sebagai wallpaper handphone kalian. Beruntung sekali bila kamu dapat menemukan apa
Senjata Tradisional Aceh dan penjelasan dikumpulkan lengkap. Anda bisa membaca senjata tradisional Aceh berserta keterangannya dan juga gambar terkait supaya pembaca mengetahui secara menyeluruh. Paling tidak ada 11 senjata tradisional yang digunakan oleh Aceh ketika melawan penjajah di masa lalu. Dan kini alat perang Aceh itu masih menjadi legenda. Beberapa dari alat itu masih digunakan oleh masyarakat Aceh tidak untuk perang, melainkan untuk kekeperluan lain seperti alat masak di dapur atau berburu hewan dan berkebun. Peradaban sebuah bangsa dapat dilihat dari sejarah yang telah dilewati bangsa tersebut. Masa keemasan suatu bangsa bukanlah datang dengan sendirinya namun dicapai dengan perjuangan dan pengorbanan. Sejarah sebuah bangsa selalu meninggalkan jejak berupa benda peninggalan sejarah maupun nilai kebudayaan yang melekat pada masyarakatnya. Baca >> Senjata Tradisional Bali dan Senjata Tradisional Papua Nanggro Aceh Darussalam NAD yang merupakan propinsi terujung negara Indonesia punya rekam jejak sejarah yang panjang. Kekhasan budaya masyarakatnya melekat hingga kini. Ada banyak peninggalan sejarah masyarakat Aceh yang memperlihatkan bagaimana dahulunya sejarah perjuangan di masa yang lalu. Dan salah satu peninggalan sejarah dari aceh adalah senjata tradisional yang dulu digunakan masyarakatnya baik dalam mempertahankan diri maupun berjuang melawan penjajah Benda Apa Saja Yang Menjadi Senjata Tradisional Aceh?1. Senjata Siwah2. Rencong3. Meucugek4. Meupucok5. Pudoi6. Rencong Meukuree7. Peudeung8. Peudeung Tumpang Jingki9. Peudeung Ulee Meu-Apet10. Peudeueng Ulee Tapak Guda11. Meriam Sri Rambai’ Iskandar MudaSebarkan iniPosting terkait Benda Apa Saja Yang Menjadi Senjata Tradisional Aceh? Berikut akan dibahas satu persatu mengenai alat-alat perang yang pernah dipakai oleh kerajaan Aceh dan masyarakatnya melawan penjajah. 1. Senjata Siwah Gambar Senjata Tradisiona Aceh Siwah via Siwah merupakan senjata tajam yang mirip dengan Rencong yang juga merupakan senjata untuk menyerang. Bentuknya hampir sama dengan Rencong, tetapi Siwah ukurannya baik besar maupun panjang melebihi dari Rencong. Alat perang ini sangat langka ditemui, selain harganya mahal, juga merupakan bahagian dari perlengkapan raja-raja atau ulebalang-ulebalang. Untuk siwah yang diberikan hiasan dari emas dan permata pada sarung dan gagangnya, berfungsi sebagai perhiasan bukan sebagai senjata. 2. Rencong Gambar Senjata Tradisional Aceh Rencong via Bukalapak Rencong adalah senjata tradisional yang mulai dipakai pada zaman kesultanan Aceh, yaitu sejak pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Pertama Aceh. Rencong ini selalu ada dan diselipkan dipinggan Sultan Aceh, para Ulee Balang dan masyarakat pun menggunakan Rencong sebagai senjata pertahanan diri. Rencong dikenakan oleh Sultan dan para bangsawan lainnya, biasanya terbuat dari emas dan sarungnya terbuat dari gading. Sedangkan rencong yang digunakan oleh masyarakat biasa terbuat dari kuningan atau besi putih, sedangkan sarungnya terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. 3. Meucugek Gambar Senjata Tradisional Aceh Rencong Meucugek via Meucugek atau cugek ini merupakan istilah perekat. Bentuk senjata tradisional yang masih tergolong kedalam jenis rencong ini memiliki gagang yang dibuat panahan dan mempunyai perekat yang berfungsi memudahkan penggunanya saat menikamkan senjata ini ke badan musuh/lawan. 4. Meupucok Senjata Tradisional Aceh Rencong Meupucok via pemprovaceh Meupucok mempunyai pucuk yang terbuat dari ukiran-ukiran logam emas di atas gagangnya. Meupucok ini biasa digunakan sebagai hiasan pada acara-acara resmi yang berhubungan dengan acara adat ataupun kesenian. 5. Pudoi Gambar Senjata Tradisional Aceh Pudoi via pemprovaceh Rencong ini disebut pudoi karena rencong ini mempunyai gagang yang pendek dan lurus. Sehingga terkesan rencong tersebut belum selesai. Sebutan pudoi Aceh ini adalah istilah untuk sesuatu yang dianggap belum selesai/sempurna. 6. Rencong Meukuree Gambar Senjata Tradisional Aceh Meukuree via meukuree memiliki hiasan pada bagian matanya. Hiasan tersebut dapat berupa gambar lipan, ular, bunga ataupun yang lainnya. penggunaan senjata tradisional meukuree ini sama dengan penggunaan senjata tradisional rencong. 7. Peudeung Gambar Senjata Tradisional Aceh Peudeung via Peudeung atau yang dikenal dengan nama Pedang Aceh ini umumnya digunakan sebagai pelengkap dalam pertarungan. Jika biasanya rencong digenggam di tangan kiri sebagai alat tikam penusuk, peudeung digenggam di tangan kanan sebagai alat pengalih perhatian sekaligus untuk pencincang dan pentetak tubuh lawan. Senjata Tradisional Aceh Peudeung ini memiliki macam-macam bentuk gagang yang dibedakan menjadi 8. Peudeung Tumpang Jingki Senjata Tradisional Aceh Peudeueng Tumpang Jingki via Acehprov Pada alat perang ini, gagang pedang yang menyerupai mulut terbuka. 9. Peudeung Ulee Meu-Apet Senjata Tradisiona Aceh Peudeung Ulee Meu apet via Pada gagangnya terdapat apet atau penahan untuk tidak mudah terlepas. 10. Peudeueng Ulee Tapak Guda Gagangnya menyerupai telapak kaki kuda. Menurut daerah asal peudeung ini, di Aceh dikenal dalam beberapa peudeung yaitu peudeung Habsyah dari Abbesinia, peudeung Turki dari raja-rajaTurki dan peudeung Poertugis dari Eropa Barat. 11. Meriam Sri Rambai’ Iskandar Muda Gambar Senjata Tradisional Aceh Meriam Sri Rambai via Blogger Satu bukti sejarah kejayaan masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang masih tersisa saat ini adalah meriam Sri Rambai. Meriam itu sekarang diletakkan menghadap ke laut di Fort Cornwallis, George Town, Penang, Malaysia. Zaman dulu meriam dipakai untuk menyerang penjajah oleh Aceh. Sedang saat ini, budaya meriam masih terus ada. Biasanya meriam bannyak bermunculan pada saat bulan puasa Ramadhan. Fungsinya bukan untuk menyerang musuh tapi sekedar ajang bermain saja. Demikianlah informasi mengenai senjata tradisional Aceh ini disampaikan. Semoga memberikan manfaat kepada pembaca. Sekedar tambahan, Aceh saat ini sedang menjadi kota wisata yang memiliki banyak sekali destinasi wisata unik dan menarik, baik wisata alam maupun sisata sejarah dan kebudayaan. Peristiwa tsunami pun menambah beberapa objek wisata di Aceh. Bagi Anda yang ingin wisata ke Aceh bisa mengungjungi laman dan mengenai rental mobil di Aceh bisa dilihat disini.
. 336 222 103 484 38 492 31 316
gambar senjata tradisional dari aceh