Yah aku baik-baik saja.Ini akan membuat tsunami seperti ini.Ha-bou juga memasang penanggulangan tsunami di Erisen jadi sebanyak ini tidak akan menjadi masalah harus ada cara yang sedikit lebih baik untuk melakukan sesuatu.』.Yah, itu tidak seperti itu tidak mungkin.Tapi, lihat, bukankah jiwaku menyala-nyala?

Tsunami – Pengertian, Karakteristik, Jenis, dan Faktor Penyebab – Tsunami merupakan gelombang air besar yang diakibatkan oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi. Untuk lebih lengkapnya lagi simaklah Materi Tsunami mulai dari Pengertian Tsunami, Karakteristik Tsunami, Jenis Tsunami, dan Faktor Penyebab Tsunami di bawah ini. Pengertian TsunamiKarakteristik TsunamiJenis-Jenis Tsunami1. Tsunami Lokal2. Tsunami BerjarakFaktor Penyebab Tsunami1. Gempa Bumi2. Erupsi Gunung api3. Longsor Bawah Laut4. MeteorShare thisRelated posts Tsunami merupakan gelombang air besar yang diakibatkan oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi. Gangguan ini membentuk gelombang yang menyebar ke berbagai arah dengan kecepatan gelombang mencapai 600 sampai dengan 900 km/jam. Karakteristik Tsunami Karakteristik umum dari tsunami berbeda dengan karakteristik ombak seperti biasanya. Ombak sendiri yaitu ialah gelombang air yang dihasilkan dari tiupan angin yang kencang, sedangkan tsunami adalah gelombang yang dibentuk akibat adanya kegiatan geologi bumi. Selain itu, Tsunami adalah gelombang yang bisa mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam King 1972. Berdasarkan data dari PVMBG 2006, kecepatan gelombang tsunami bergantung terhadap kedalaman laut. Tsunami mempunyai panjang gelombang antara 2 puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut diperkirakan antara 10 menit hingga 1 jam. Pada saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini akan menurun kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga sangat bisa merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai. Berikut ini merupakan tabel yang menerangkan tentang hubungan antara kedalaman gempa, kecepatan gelombang, dan panjang gelombang tsunami PVBMG 2006 Kedalaman Meter Kecepatan km/Jam Panjang Gelombang 7 000 282 4 000 213 2 000 151 200 50 10 Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang tinggi, yaitu 500-1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang kembali berkisar antara hitungan 10 menit sampai satu jam. Saat mendekati pantai gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi. Tinggi gelombang ini bisa berubah disebabkan adanya konversi energi dari bentuk energi kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan gelombang yang artinya terdapat perpindahan energi menjadi energi potensial yang menyebabkan bertambah tingginya gelombang Diposaptono dan Budiman 2006. Jenis-Jenis Tsunami Klasifikasi tsunami berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik merupakan jenis tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi, sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi akibat adanya aktivitas tektonik bumi. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009, berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan tsunami berjarak. Adapun penjelasannya berikut ini 1. Tsunami Lokal Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai berkisar antara 5 menit – 30 menit. Biasanya dampak dari tsunami ini cukup besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat terasa pada saat sudah mencapai daratan. 2. Tsunami Berjarak Tsunami berjarak merupakan jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini mempunyai sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh pada saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar antara jam sampai 18 jam. Faktor Penyebab Tsunami Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tsunami 1. Gempa Bumi Kedatangan gelombang tsunami ke daratan bisa dikarenakan oleh adanya gempa bumi. Maka tak heran jika terdapat suatu gempa dengan pusat dasar laut, pemerintah setempat akan menghimbau untuk menjauhi pantai hingga peringatan aman akan bencana alam. Salah satu penyebab terjadinya gempabumi ini ialah pergerakan lempeng dan adanya sesar aktif. 2. Erupsi Gunung api Erupsi gunug api atau gunung meletus juga memicu terjadinya tsunami karena akan mengakibatkan gempabumi yan bersifat vulkanik. Salah satu contoh tsunami yang disebabkan oleh erupsi gunung api merupakan kejadian tsunami akibat letusan Gunung Krakatau. 3. Longsor Bawah Laut Tidak hanya gempa dan gunung api, longsoran bawah laut yang disebabkan karena adanya lempeng yang bertabrakan juga bisa menyebabkan bencana tsunami yang disebut dengan istilah tsunami submarine landslide. 4. Meteor Faktor diatas adalah faktor internal yang artinya penyebab yang berasal dari dalam bumi, berbeda dengan faktor terakhir ini yang berasal dari luar bumi. Adanya hantaman meteor yang mengenai laut bisa memicu terjadinya tsunami. Demikianlah pembahasan kami mengenai Materi Tsunami. Semoga bermanfaat. Artikel lainnya Contoh Latar Belakang Laporan, Makalah, dan Lainnya Pengertian Tanah Longsor – Jenis, Faktor Penyebab, dan Pencegahan Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli Terlengkap

FraudControl Plan (FCP) adalah keseluruhan strategi pengendalian kecurangan yang diikhtisarkan dalam suatu dokumen dan disahkan oleh Pimpinan Entitas Pemilik Risiko Kecurangan. S Jakarta - Gempa bumi baru saja terjadi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur NTT pada Selasa 14/12/2021. Gempa tersebut memiliki kekuatan magnitudo M 7, dari detiknews, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pun merilis peringatan dini tsunami. Akan tetapi, setelah dua jam berlalu BMKG menghentikan peringatan dini tsunami bumi sendiri memiliki pengertian, getaran atau goncangan yang terjadi di permukaan bumi karena pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba dan menimbulkan gelombang seismik. Demikian dikutip dari laman Laboratorium Mekanika Tanah Universitas bumi umumnya disebabkan pergerakan lempeng/kerak bumi dan datangnya bencana alam ini bersifat soal gempa, sebetulnya gempa bumi seperti apa yang berpotensi menyebabkan tsunami? Sebelum mengetahui hal tersebut, kita bisa lebih dulu mengetahui apa saja jenis-jenis gempa Menurut Proses TerjadinyaGempa tektonik terjadi karena tumbukan lempeng-lempeng di litosfer bumi karena tenaga vulkanik terjadi akibat aktivitas gunung api. Gempa jenis ini hanya dirasakan di sekitar gunung api sebelum dirinya meletus, saat terjadi letusan, dan beberapa saat setelah terjadi runtuhan atau longsoran gempa jenis ini terjadi karena adanya area kosong di bawah lahan yang Berdasarkan Bentuk EpisentrumGempa sentral episentrum berbentuk titikGempa linear episentrum berbentuk Berdasarkan Kedalaman HiposentrumGempa bumi dalam kedalaman hiposenter melebihi 300 km di bawah permukaan bumiGempa bumi menengah kedalaman hiposenter berada di antara 60-300 km di bawah permukaan bumiGempa bumi dangkal kedalaman hiposenter kurang dari 60 Menurut JaraknyaGempa sangat jauh jarak episentrumnya di atas 10 ribu kmGempa jauh jarak episentrum di atas 10 ribu kmGempa lokal, jarak episentrum kurang dari 10 ribu Menurut LokasiGempa daratan episentrumnya terjadi di daratanGempa lautan episentrumnya terjadi di dasar laut. Gempa jenis ini menimbulkan terjadinya Berdasarkan Kekuatan MagnitudoBerdasarkan Pusat Peringatan Tsunami Pasifik, mengutip dari CNN Indonesia, ada ketetapan besaran kekuatan gempa yang bisa menyebabkan tsunami. Seperti ini rinciannyaMagnitudo di bawah 6,5 sangat kecil kemungkinannya bisa menimbulkan tsunamiMagnitudo 5,6-7,5 gempa dengan kisaran magnitudo ini jarang menghasilkan tsunami yang menyebabkan kerusakan atau korban jiwa. Apabila terjadi, kemungkinan disebabkan dampak lanjutan seperti tanah longsor atau longsor bawah antara 7,6-7,8 gempa dengan besaran ini bisa menyebabkan tsunami yang menimbulkan kerusakan, terlebih jika lokasinya ada di dekat pusat gempaMagnitudo 7,9 ke atas gempa sebesar ini dapat amat merusak dengan jangkauan yang luas, terlebih lagi untuk wilayah/area di dekat pusat gempa. Dalam peristiwa ini, akan terjadi perubahan permukaan laut secara signifikan dan ada kemungkinan gempa susulan dengan kekuatan 7,5 atau bahkan lebih jenis-jenis gempa bumi beserta mana saja yang berpotensi menimbulkan tsunami. Semoga membantu, detikers! Simak Video "Ternate Diguncang Gempa M 5,9" [GambasVideo 20detik] nah/row
Tsunamibisa diartikan Anda sedang bingung, bimbang, dan sedang menghadapi masalah. Mimpi ini adalah pengingat agar Anda menghadapi dan bukan justru lari dari masalah yang ada saat ini. 9. Terseret Tsunami. Membayangkannya saja sudah seram, keringat mungkin sudah bercucuran walaupun hanya mimpi. Namun, arti mimpi terseret tsunami memiliki makna.
Latihan 15 soal pilihan ganda Bencana Alam - PLH SD Kelas 6 dan kunci tindakan-tindakan dalam menghadapi bencana merupakanA. Cara menanggulangi bencanaB. Cara menghindari bencanaC. System peringatan diniD. System penyelamatan diri JawabanBerikut adalah macam-macam bencana alam, kecuali ….A. gempa bumiB. banjirC. badaiD. hujan JawabanBencana alam yang ditunjukkan oleh gambar adalahA. BadaiB. Angin ributC. TsunamiD. Gempa JawabanTipe tsunami m = 2 memiliki artiA. Tinggi gelombang tsunami 1-2 mB. Tinggi gelombang tsunami 2 mC. Tinggi gelombang tsunami 2-4 mD. Tinggi gelombang tsunami 4-6 m JawabanAlat komunikasi yang paling efektif untuk menginformasikan peringatan dini tsunami adalahA. Telepon selulerB. TelevisiC. InternetD. Radio JawabanBerikut adalah penyebab bencana tsunami, yaituA. Air laut pasangB. Pemanasan globalC. Hujan lebatD. Letusan gunung api di bawah laut JawabanSAR adalah kependekan dariA. Save and RescueB. Save and ResearchC. Search and ResearchD. Search and Rescue JawabanBadan Negara yang memiliki peran penting dalam memberikan informasi keadaan cuaca dan adanya bencana alam adalahA. BUMNB. BMGC. BMKGD. BKKBN JawabanUpaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah sebagai berikut, kecualiA. Menjaga kelestarian jenis-jenis tumbuhan dan hewanB. Mendirikan bangunan di daerah resapan airC. Mendaur ulang sampahD. Menyediakan ruang terbuka hijau JawabanTsunami m = -1 memiliki artiA. Tsunami dengan tinggi gelombang kurang dari 50 cmB. Tsunami dengan tinggi gelombang kurang dari 1 mC. Tsunami dengan tinggi gelombang 1 mD. Tsunami dengan tinggi gelombang 2 m JawabanAkibat dari bencana tsunami adalahA. Korban jiwa dan wilayah tsunami rusakB. Air di daratan menjadi asinC. Laut menjadi sempitD. Pantai tidak bisa untuk rekreasi JawabanBerikut adalah penyebab tsunami, kecualiA. Gempa dari dasar lautB. Jatuhnya meteor di lautC. Longsor yang terjadi di laut dalamD. Pasang perbani JawabanTsunami berasal dari kata tsu dan nami. Kata nami memiliki arti _ A. LautB. GelombangC. PelabuhanD. Pantai JawabanBerikut merupakan salah satu penyebab bencana tsunami, yaituA. Air laut pasangB. Pemanasan globalC. Hujan lebatD. Gerakan kerak bumi JawabanTsunami, banjir, dan gunung meletus disebutA. BencanaB. Bencana alamC. KecelakaanD. Penderitaan Jawaban Materi Latihan Soal LainnyaSurat Al-Kautsar - Al-Quran Hadits MI Kelas 1UH IPS Tema 2 SD Kelas 5PAI SMP Kelas 8Aktivitas Air - Penjaskes PJOK SMP Kelas 8UH Tema 7 SD Kelas 4Evaluasi IPA SD Kelas 6PH Tema 8 SD Kelas 4PTS PAI Semester 2 Genap SD Kelas 6UAS Biologi SMA Kelas 11PH Seni Musik - Seni Budaya SMA Kelas 11Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12 Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
Tsunamiadalah gempa yang terjadi dibawah laut yang disertai dengan meningkatnya gelombang air laut, sehingga menyebabkan kerugian, baik materil ataupun non materil. Kerusakan ini sendiri bisa terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, apalagi jika gempa bumi yang terjadi lebih dari 8 SR ( skala richter ).
Apakah anda sudah tahu, kalau menemukan cara menjawab pekerjaan rumah dengan menggunakan mesin pencarian di internet adalah cara efektif yang harus kamu coba?. Kalau tidak tahu, sebaiknya kamu mencobanya! Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda belajar dengan cara menemukan jawabannya dapat menaikkan hasil ujian pada mata pelajaran. Kami sudah mempunyai 1 cara menyelesaikan tentang Tipe tsunami m=2 memiliku arti?. OK, langsung saja baca kunci jawabannya lebih lanjut di bawah Jawaban 1 Tsunami Yang Memiliki ketinggian 2 meter sorry kalo salah Bila anda masih mempunyai peer lainnya, silahkan temukan juga cara mengerjakannya di halaman ini. Pesan Admin Tiada gading yang tak retak, menggunakan berbagai referensi akan lebih baik.
Tipetsunami m = 2 memiliki arti A. Tinggi gelombang tsunami 1-2 m B. Tinggi gelombang tsunami 2 m C. Tinggi gelombang tsunami 2-4 m D. . Bencana Alam - PLH SD Kelas 6 Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat ditakuti di Indonesia. Pada saat 2004 silam saja, bencana alam ini merenggut ratusan ribu jiwa warga Aceh. Bahkan, masyarakat sekitar pantai apabila merasakan gempa yang cukup besar akan melakukan evakuasi diri menuju tempat yang lebih tinggi karena khawatir akan terjadi bencana tsunami. Salah satu bencana geologi ini sering terjadi di negara-negara yang termasuk ke dalam daerah ring of fire. Daerah ring of fire ini sangat rentan terjadi gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga untuk terjadi tsunami andaikata pusat gempa berada di lautan. Negara-negara yang rawan terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia, Jepang, Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia. Istilah tsunami merupakan adopsi dari bahasa Jepang. Tsunami menurut Beni 2006, adalah istilah yang berasal dari bahasa Jepang yang sekarang sudah menjadi istilah yang biasa dipakai di seluruh penjuru dunia. Tsunami berasal dari kata tsu yang berarti pelabuhan dan nami memiliki arti ombak. Masyarakat Jepang biasanya setelah terjadi bencana tsunami akan pergi ke pelabuhan untuk melihat seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan, sehingga dipakailah istilah tsunami Sutowijoyo 2005. Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Tsunami adalah gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi di dasar samudera, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan di sekitar basin samudera Djunire 2009. Simandjuntak 1994 mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian alam yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara medadak yang biasanya terjadi sesaat setelah terjadi goncangan gempa bumi tektonik. Gelombang yang dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan daerah pemukiman yang berada di dekat pantai. Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi PVMBG 2006, tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan tinggi hingga lebih dari 900 km/jam, gelombang ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk dasar laut dengan cepat karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung berapi ataupun gempa bumi Sudrajat 1994. [read more] 2. Karakteristik Karakteristik umum dari tsunami pada dasarnya berbeda dengan karakteristik ombak pada biasanya. Ombak merupakan gelombang air yang dihasilkan dari tiupan angin, sedangkan tsunami merupakan gelombang yang dibentuk akibat adanya kegiatan geologi bumi. Tsunami merupakan gelombang yang dapat mencapai panjang gelombang lebih dari 150 km, serta memiliki kecepatan gelombang seperti pesawat jet, yaitu sekitar 800 km/jam King 1972. Menurut PVMBG 2006, kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Tsunami memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara kedua puncak tersebut diperkirakan antara 10 menit sampai 1 jam. Pada saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini kemudian akan menurun kecepatannya, namun tinggi gelombang akan meningkat sehingga sangat bersifat merusak benda-benda yang berada di sekitar pantai. Berikut adalah tabel yang menerangkan tentang hubungan antara kedalaman gempa, kecepatan gelombang, dan panjang gelombang tsunami PVBMG 2006 Kedalaman meter Kecepatan km/jam Panjang Gelombang km 7 000 282 4 000 213 2 000 151 200 50 10 Pada laut dalam, tsunami akan bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, yaitu 500 sampai dengan 1000 km/jam. Siklus terjadinya gelombang kembali berkisar antara hitungan menit sampai satu jam. Saat mendekati pantai gelombang akan melambat dan ketinggian gelombang akan meninggi. Tinggi gelombang ini dapat berubah karena adanya konversi energi dari bentuk energi kinetik menjadi energi potensial. Berkurangnya kecepatan gelombang yang artinya ada perpindahan energi menjadi energi potensial yang menyebabkan bertambah tingginya gelombang Diposaptono dan Budiman 2006. 3. Sejarah Tsunami Istilah tsunami mulai tersebar luas di belahan dunia setelah terjadinya gempa besar di Jepang yang menyebabkan tsunami sehingga menewaskan sekitar 22 000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km. Kejadian tersebut terjadi pada 15 Juni 1896 Badan Meteorologi dan Geofisika 2010. Di Indonesia, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun 1618 di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006, Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan hanya 1% dipicu oleh tanah longsor. 4. Jenis-Jenis Tsunami Klasifikasi tsunami berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi tsunami vulkanik dan tsunami tektonik. Jenis tsunami vulkanik adalah jenis tsunami yang disebabkan gempa yang berasal dari kegiatan vulkanik bumi, sedangkan tsunami tektonik disebabkan karena adanya gempa yang terjadi akibat aktivitas tektonik bumi. Tsunami Lokal dan Tsunami Berjarak Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009, berdasarkan karakteristiknya tsunami dibedakan menjadi tsunami lokal dan tsunami berjarak. Tsunami lokal berhubungan dengan episentrum gempa di sekitar pantai sehingga waktu tempuh dari sumber kejadian sampai ke bibir pantai berkisar antara lima sampai tiga puluh menit. Biasanya dampak dari tsunami ini cukup besar karena kekuatan dari gelombang masih sangat terasa ketika sudah mencapai daratan. Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh pada saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar antara jam sampai 18 jam. 5. Penyebab Terjadi Tsunami menurut PVBMG 2006, dapat terjadi dari gempa tektonik maupun vulkanik apabila memenuhi syarat berikut Pusat gempa terjadi di dasar laut Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km Magnitude lebih besar dari Skala Richter Jenis patahan tergolong sesar naik atau sesar turun Sedangkan menurut King 1972 dan Anhert 1996, faktor-faktor yang dapat menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut Ada retakan di dasar laut yang disertai dengan suatu gempa bumi. Retakan di sini maksudnya adalah suatu zona planar yang lemah yang melewati daerah kerak bumi. Ada tanah longsor, baik yang terjadi di bawah air atau yang berasal dari atas lautan yang kemudian menghujam ke dalam air. Ada aktivitas gunung berapi yang terletak di dekat pantai atau di bawah air yang sewaktu-waktu dapat terangkat atau tertekan seperti gerakan yang terjadi pada retakan. Berbeda halnya dengan Badan Meteorologi dan Geofisika 2010, menurut lembaga ini tsunami akan terjadi jika kekuatan gempa lebih dari SR, lokasi pusat gempa di laut dengan kedalam kurang dari 70 km, serta terjadi deformasi vertikal dasar laut. Gelombang tsunami paling sering disebabkan oleh gempa tektonik dangkal di perairan samudera pasifik. 6. Dampak Bencana alam tsunami dapat menyebabkan kerusakan material maupun korban meninggal. Berikut adalah data kejadian tsunami beserta dampaknya yang dihimpun sejak tahun 1961 hingga 2005 Diposaptono dan Budiman 2008. Tahun Jumlah Korban Terluka Jumlah Korban Meninggal Daerah Bencana 1961 6 2 NTT, Flores Tengah 1964 479 110 Sumatera 1965 tidak terdata 71 Maluku, Seram, dan Sanana 1967 100 58 Tinambung Sulawesi Selatan 1968 tidak terdata 392 Tambo Sulawesi Tenggara 1969 97 64 Majene Sulawesi Selatan 1977 tidak terdata 316 NTB dan Pulau Sumbawa 1977 25 2 NTT, Flores, dan Pulau Atauro 1979 200 27 NTB, Sumbawa, Bali, dan Lombok 1982 400 13 NTT, Larantuka 1987 108 83 NTT, Flores Timur, dan Pulau Pantar 1989 tidak terdata 7 NTT dan Pulau Alor 1992 2126 1952 NTT, Flores, dan Pulau Babi 1994 400 38 Banyuwangi, Jawa Timur 1996 63 3 Palu, Sulawesi Tenggara 1996 tidak terdata 107 Pulau Biak Irian Jaya 1998 tidak terdata 34 Tabuna Maliabu, Maluku 2000 tidak terdata 4 Banggai, Sulawesi Tenggara 2004 tidak terdata lebih dari 210 000 NAD dan Sumatera Utara 2005 tidak terdata tidak terdata Pulau Nias 2006 tidak terdata 668 Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta 2007 tidak terdata tidak terdata Bengkulu dan Sumatera Barat 7. Tsunami Paling Mematikan Tsunami paling mematikan di Indonesia tercatat pada tahun 1883 di Selat Sunda akibat letusan Gunung Krakatau, 26 Desember 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam, dan pada 17 Juli 2006 terjadi di bagian selatan Pulau Jawa. Tsunami tahun 1883 di Selat Sunda menelan korban jiwa sebanyak kurang lebih 36 000 orang karena kejadian tsunami menerjang Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Tsunami ini diperkirakan memiliki ketinggian sekitar 41 meter dan menghancurkan ratusan kota dan desa di sepanjang Pantai Selat Sunda di Lampung dan Banten. Bencana ini juga yang dianggap bertanggung jawab dalam berkurangnya populasi Badak Bercula Satu Rhinoceros sondaicus di Taman Nasional Ujung Kulon. Tsunami yang terjadi di Aceh disebabkan oleh gempa bumi yang berkekuatan Skala Richter yang berpusat sekitar 30 km di bawah kerak bumi. Hal tersebut menyebabkan lempeng Hindia dan Australia menyeret lempeng Eurasia masuk ke dalam sebagai akibat dari adanya pergerakan lempeng tektonik. Kejadian ini menyebabkan adanya gerakan secara tiba-tiba suatu lempeng ke arah atas sehingga mengakibatkan gelombang besar yang biasa disebut tsunami. Sebenarnya bencana ini tidak hanya terjadi di Aceh, gempa tektonik yang berkekuatan sama dengan bom berbobot 100 giga ton ini juga menyebabkan tsunami di hampir seluruh pantai yang berbatasn langsung dengan Samudera Hindia, seperti India, Maladewa, Myanmar, dan beberapa negara-negara yang terletak di Samudera Hindia, namun tentunya yang paling mendapat kekuatan gelombang terbesar adalah Aceh. Â 8. Tsunami di Indonesia Indonesia diapit oleh tiga lempeng aktif dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Kondisi ini menyebabkan peluang terjadinya gempa sangat tinggi. Gempa dan tsunami yang berasal dari laut sebelah selatan pulau Jawa akibat dari tumbukan antara lempeng oseanik Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia Pribadi et al. 2006. Indonesia sendiri menempati urutan ketiga di dunia negara yang paling rawan terjadi bencana tsunami. Peringkat pertama adalah Jepang dan peringkat kedua adalah Amerika Serikat. Hal ini karena Jepang, Amerika Serikat, dan Indonesia dilalui oleh jalur pegunungan Ring of Fire Zaitunah 2012. Daerah-daerah di Indonesia yang paling rawan terkena bencana ini adalah Sebelah barat Pulau Sumatera Sebelah selatan Pulau Jawa Nusa Tenggara Sebalah utara Papua Sulawesi Maluku Sebelah timur Kalimantan Menurut Yulianto et al. 2008 gempa bumi di Indonesia rata-rata terjadi sebanyak 15 kali dalam sehari. Gempa bumi yang menyebabkan tsunami di Indonesia pun sering melanda. Berdasarkan data yang ada setidaknya dalam lima belas tahun terakhir tsunami di Indonesia terjadi rata-rata sekali dalam dua tahun. Gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004 tercatat memiliki tinggi lebih dari 20 meter. Garis pantai yang terkena tsunami ini lebih dari 500 km. Daerah terparah akibat bencana ini adalah pantai barat mulai dari Banda Aceh hingga Meulaboh. Tsunami di pantai selatan Jawa yang terjadi pada 17 Juli 2006 diakibatkan gempa bumi berkekuatan SR. Namun ketinggian bencana ini tidak lebih dari tsunami yang terjadi di Aceh. Terjangan gelombang tsunami tersebut terjadi setelah seperempat sampai satu jam setelah gempa dengan kecepatan gelombang mencapai 200-600 km per jam. Gelombang tsunami di pantai selatan Jawa tersebut terjadi tiga kali dengan gelombang kedua merupakan gelombang tertinggi dengan selang waktu hanya 2-5 menit saja. Tinggi tsunami tersebut bervariasi antara 2-8 meter dengan konsentrasi energi tersebar menuju kabupaten Cilacap, Tasikmalaya, dan Ciamis. Ketinggian tsunami yang mencapai lebih dari 6 meter di pantai selatan Jawa terjadi di kecamatan Cikalong kabupaten Tasikmalaya, kecamatan Pangandaran kabupaten Pangandaran, dan kecamatan Binangun kabupaten Cilacap. Tinggi genangan yang melimpas ke daratan rata-rata kurang dari 2 m dengan arus berkecapatan 10-25 km/jam Diposaptono & Budiman 2008. 9. Mitigasi Mitigasi adalah suatu aktivitas untuk mengurangi dampak kerusakan atau kehilangan nyawa. Aktivitas mitigasi bencana alam diperoleh melalui berbagai tindakan analisis risiko untuk menghasilkan berbagai informasi perencanaan mitigasi FEMA 2008. Menurut Ihsan 2017, mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum suatu bencana terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka panjang. Mitigasi bencana tsunami dapat didekati dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan non fisik dan pendekatan fisik. Pendekatan Mitigasi Non Fisik Mitigasi bencana tsunami dengan pendekatan non fisik biasanya dilakukan dengan memetakan tingkat kerawanan daerah tertentu terhadap bencana tsunami selanjutnya diadakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan berbagai hal yang berkaitan dengan tsunami. Hal-hal yang disosialisasikan kepada masyarakat biasanya mengenai Pengertian tsunami Penyebab terjadinya tsunami Ciri-ciri akan terjadinya tsunami Dampak bencana alam tsunami Cara penyelamatan diri dan evakuasi jika terjadi bencana Sosialisasi ini penting agar masyarakat nantinya paham dan mengerti bagaimana cara mereka untuk menyelamatkan diri, andaikata terjadi bencana alam ini. Selain dengan sosialisasi, perlu diadakan juga simulasi aksi bencana tsunami. Simulasi ini dimaksudkan agar masyarakat tidak panik saat memperoleh informasi ketika akan terjadi bencana alam tsunami. Dengan adanya simulasi ini juga, masyarakat akan terbiasa dengan keadaan yang genting sehingga ketika saat terjadi bencana masyarakat sudah mengerti apa yang harus mereka lakukan. Pendekatan Mitigasi Fisik Mitigasi bencana dengan pendekatan fisik dapat dilakukan dengan upaya struktural, non struktural, maupun gabungan antar keduanya. Pemilihan upaya mitigasi fisik ini bergantung pada kondisi fisik pantai, tata ruang, tata guna lahan, serta modal yang tersedia. Mitigasi fisik tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya adalah Ihsan 2017 Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau green belt Pendekatan non struktural dengan sabuk hijau misalnya perlindungan daerah pantai dari bencana tsunami dengan menggunakan vegetasi, seperti cemara laut Casuarina equisetifolia, bakau, pohon api-api, nipah, dan vegetasi lainnya yang berhabitat di pantai. Mitigasi dengan cara ini harus memenuhi persyaratan teknis dari vegetasi tersebut dalam meredam gelombang. Salah satu parameter yang paling penting adalah nisbah dari lebar hutan bakau dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang menghadap langsung ke laut B dengan panjang gelombang tsunami L, atau dapat dirumuskan dengan B/L. Semakin besar nilai B/L maka semakin efektif metode mitigasi bencana tsunami dengan sabuk hijau. Hutan mangrove atau hutan bakau juga sangat efektif dalam meredam gelombang air laut atau ombak. Hutan mangrove ini dapat mencegah terjadinya abrasi juga. Pendekatan struktural dengan peringatan dini Salah satu upaya struktural dalam mitigasi bencana ini adalah pemberitahuan dini terjadinya tsunami. Penyampaian informasi ini dapat menggunakan sirine, lonceng, bel, dan sebagainya. Pemasangan alat pendeteksi dini mutlak harus dilakukan pada metode ini. Sistem peringatan dini menggunakan alat sensor kenaikan tinggi muka air laut, satelit, dan receiver gelombang yang langsung terhubung dengan alat pemberitahu bahaya bencana tsunami. Bangunan sipil penahan tsunami Bangunan sipil yang dikhususkan untuk menahan bencana tsunami di Indonesia belum pernah dibangun. Bangunan sipil ini dapat kita temui di negara Jepang. Meskipun sangat efektif dalam meredam terjangan gelombang air, bangunan ini dinilai merusak nilai estetik dari suatu lansekap di pantai. Bangunan sipil untuk evakuasi Lokasi evakuasi harus mudah dijangkau apabila bencana tsunami benar-benar terjadi. Lokasi evakuasi dapat berupa lahan yang memiliki ketinggian tertentu dan bangunan tinggi yang tahan terhadap gelombang dan getaran gempa. Apabila suatu pemukiman jauh dari dataran yang memiliki elevasi yang tinggi maka perlu dibuat suatu bangunan sipil yang dikhususkan untuk evakuasi. Bangunan ini sangat penting untuk mengurangi jumlah korban akibat dari lambatnya proses evakuasi ke daerah yang lebih tinggi. Â Itulah berbagai informasi mengenai tsunami. Semoga informasi ini menyadarkan kita akan bahayanya bencana ini sehingga kita lebih sadar pentingnya evakuasi dan mitigasi. Silakan berikan kritik dan saran membangun kepada kami di kolom komentar di bawah demi semakin baiknya informasi yang kami berikan kepada sahabat Forester Act. Referensi Anhert F. 1996. Introduction to Geomorphology. London UK Arnold. Beni S Ambarjaya. 2006. Tsunami Sang Gelombang Pembunuh. Jakarta ID CV Karya Mandiri Pratama. [BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. Diposaptono S, Budiman. 2006. Tsunami. Bogor ID Buku Ilmiah Populer. Diposaptono S, Budiman. 2008. Hidup Akran dengan Gempa dan Tsunami. Bogor ID PT Sarana Komunika Utama. Djunire S. 2009. Kajian bahaya dan risiko tsunami berbasis geomorfologi untuk menunjang rencana tata ruang kota Manokwari provinsi Papua Barat [tesis]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor. [FEMA] Federal Emergency Management Agency. 2008. Guidelines for Design of Structures for Vertical Evacuation from Tsunamis [internet]. [diunduh 2016 Des 25]. Tersedia pada 0726-1641-20490-9063/ Ihsan F. 2017. Perencanaan lanskap kota Pariaman provinsi Sumatera Barat berbasis mitigasi tsunami [skripsi]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor. Kementerian Pekerjaan Umum. 2009. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Penetapan Status Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta ID Kementerian Pekerjaan Umum. King CAM. 1972. Beaches and Coasts 2nd edition. London UK Arnold. Pribadi S, Fachrizal, I Gunawan, I Hermawan, Y Tsuji, SS Han. 2006. Gempa Bumi dan Tsunami Selatan Jawa Barat 17 Juli 2006. Jakarta ID Badan Meteorologi dan Geofisika. [PVMBG] Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2006. Gempa Bumi dan Tsunami. Simandjuntak TD. 1994. Tsunami dan gempa bumi dalam pinggiran lempeng aktif di Indonesia. Makalah Seminar Sehari Masalah Tsunami di Indonesia dan Aspek-Aspeknya. Bandung 6 September 1994. Sudrajat A. 1994. Sekilas tentang tsunami dan upaya penanggulangan bahayanya. Makalah Seminar Masalah Tsunami di Indonesia dan Aspek-Aspeknya. Bandung 6 September 1994. Sutowijoyo AP. 2005. Tsunami, karakteristiknya dan pencegahannya. Inovasi. 317- Yulianto E, F Kusmayanto, N Supriyatnam Dirhamsyah. 2008. Selamat dari Bencana Tsunami, Pembelajaran dari Tsunami Aceh dan Pangandaram. Jakarta ID UNESCO. Zaitunah A. 2012. Pemodelan spasial kerawanan kerusakan akibat tsunami pantai Ciamis Jawa Barat [disertasi]. Bogor ID Institut Pertanian Bogor. [/read] Tsunami Zona subduksi biasanya berada di sepanjang garis pantai,. Saat gempa zona subduksi menghantam, kerak bumi melentur dan pecah. Untuk gempa bumi yang lebih besar dari skala 7,5, hal ini dapat menyebabkan tsunami, gelombang laut raksasa, dengan menggerakkan dasar laut tiba-tiba. Namun, tidak semua gempa d zona subduksi akan menimbulkan
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan". Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar, pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam. Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik seismic sea wave untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat. Sebab-sebab Terjadinya Tsunami Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan disturbance berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal. Longsoran Lempeng Bawah Laut Undersea landslides Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut dengan sesar fault. Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudra Pasifik yang biasa disebut dengan Lingkaran Api Ring of Fire, lempeng samudra yang lebih padat menunjam masuk ke bawah lempeng benua. Proses ini dinamakan dengan penunjaman subduction. Gempa subduksi sangat efektif membangkitkan gelombang tsunami. Gempabumi Bawah Laut Undersea Earthquake Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air di atas wilayah lempeng yang bergerak tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Bila wilayah yang luas pada dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi. Aktivitas Vulkanik Volcanic Activities Pergeseran lempeng di dasar laut, selain dapat mengakibatkan gempa juga seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Kedua hal ini dapat menggoncangkan air laut di atas lempeng tersebut. Demikian pula, meletusnya gunung berapi yang terletak di dasar samudra juga dapat menaikkan air dan membangkitkan gelombang tsunami. Tumbukan Benda Luar Angkasa Cosmic-body Impacts Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut yang datang dari arah permukaan. Boleh dibilang tsunami yang timbul karena sebab ini umumnya terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir yang jauh dari sumber gelombang. Sekalipun begitu, bila pergerakan lempeng dan tabrakan benda angkasa luar cukup dahsyat, kedua peristiwa ini dapat menciptakan megatsunami. Karakteristik Tsunami Perilaku gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-samudra dengan sedikit energi berkurang. Tsunami dapat menerjang wilayah yang berjarak ribuan kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa jam antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang ditimbulkannya di pantai. Waktu perambatan gelombang tsunami lebih lama dari waktu yang diperlukan oleh gelombang seismik untuk mencapai tempat yang sama. Periode tsunami cukup bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang gelombangnya sangat besar, antara 100-200 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai selancar surfing yang mungkin hanya memiliki periode 10 detik dan panjang gelombang 150 meter. Karena itulah pada saat masih di tengah laut, gelombang tsunami hampir tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja. Perbandingan Gelombang Tsunami dan Ombak Laut Biasa Parameter Gelombang Tsunami Ombak Biasa Periode gelombang 2 menit — > 1 jam ± 10 detik Panjang gelombang 100 — 200 km 150 m Bila lempeng samudra pada sesar bergerak naik raising, terjadi air pasang di wilayah pantai hingga wilayah tersebut akan mengalami banjir sebelum kemudian gelombang air yang lebih tinggi datang menerjang. Bila lempeng samudra bergerak naik, wilayah pantai akan mengalami banjir air pasang sebelum datangnya tsunami. Bila lempeng samudra pada sesar bergerak turun sinking, kurang lebih pada separuh waktu sebelum gelombang tsunami sampai di pantai, air laut di pantai tersebut surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih dari 800 meter menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya bahaya mungkin akan tetap tinggal di pantai karena ingin tahu apa yang sedang terjadi. Atau bagi para nelayan mereka justru memanfaatkan momen saat air laut surut tersebut untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran. Bila lempeng samudra bergerak turun, di wilayah pantai air laut akan surut sebelum datangnya tsunami. Pada suatu gelombang, bila rasio antara kedalaman air dan panjang gelombang menjadi sangat kecil, gelombang tersebut dinamakan gelombang air-dangkal. Karena gelombang tsunami memiliki panjang gelombang yang sangat besar, gelombang tsunami berperan sebagai gelombang air-dangkal, bahkan di samudra yang dalam. Gelombang air-dangkal bergerak dengan kecepatan yang setara dengan akar kuadrat hasil perkalian antara percepatan gravitasi 9,8 m/s2 dan kedalaman air laut. v = velocity kecepatan g = gravitation 9,8 m/s2 d = depth kedalaman Sebagai contoh, di Samudra Pasifik, dimana kedalaman air rata-rata adalah 4000 meter, gelombang tsunami merambat dengan kecepatan ± 200 m/s kira-kira 712 km/jam dengan hanya sedikit energi yang hilang, bahkan untuk jarak yang jauh. Sementara pada kedalaman 40 meter, kecepatannya mencapai ± 20 m/s sekitar 71 km/jam, lebih lambat namun tetap sulit dilampaui. Energi dari gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara tinggi gelombang dan kecepatannya. Nilai energi ini selalu konstan, yang berarti tinggi gelombang berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh sebab itu, ketika gelombang mencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya menurun. Saat memasuki wilayah dangkal, kecepatan gelombang tsunami menurun sedangkan tingginya meningkat, menciptakan gelombang mengerikan yang sangat merusak. Kedalamanm Kecepatanmph Panjang Gelombangkm 7000 586 282 4000 443 213 2000 313 151 200 99 48 50 49 23 10 22 Selagi orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadari adanya tsunami, gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter atau lebih ketika mencapai wilayah pantai dan daerah padat. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah di wilayah yang jauh dari sumber pembangkitan gelombang, meskipun peristiwa pembangkitan gelombang itu sendiri mungkin tidak dapat dirasakan tanpa alat bantu. Tsunami bergerak maju ke satu arah dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada di daerah "bayangan" relatif dalam kondisi aman. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja berbelok di sekitar daratan. Gelombang ini juga bisa saja tidak simetris. Gelombang ke satu arah mungkin lebih kuat dibanding gelombang ke arah lainnya, tergantung dari peristiwa alam yang memicunya dan kondisi geografis wilayah sekitarnya. Megatsunami dan Seiche Bukti-bukti menunjukkan bahwa megatsunami, yaitu tsunami yang mencapai ketinggian hingga 100 meter, memang mungkin terjadi. Peristiwa yang langka ini biasanya disebabkan oleh sebuah pulau yang cukup besar amblas ke dasar samudra. Megatsunami juga bisa disebabkan oleh sebongkah besar es yang jatuh ke air dari ketinggian ratusan meter. Gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan yang sangat dahsyat pada cakupan wilayah pantai yang sangat luas. Satu hal yang berkaitan dengan tsunami antara lain adalah seiche, yaitu fluktuasi atau pengalunan permukaan danau atau badan air yang kecil yang disebabkan oleh gempa-bumi kecil, angin, atau oleh keragaman tekanan udara. Seringkali gempa yang besar menyebabkan tsunami dan seiche sekaligus, atau sebagian seiche justru terjadi karena tsunami. Tsunami Dengan Gelombang Tertinggi Gelombang tsunami tertinggi yang tercatat sampai saat ini adalah tsunami di Alaska pada tahun 1958 yang disebabkan oleh amblasnya lempeng tektonik di Teluk Lituya. Tsunami ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan menghancurkan pohon-pohon dan tanah pada dinding fjord. Saat gelombang tsunami kembali ke laut, gelombang tersebut langsung menyebar dan tingginya menurun dengan cepat. Tingginya gelombang saat berada di pantai lebih disebabkan karena topografi wilayahnya, daripada karena energi yang dikeluarkan oleh peristiwa amblasnya lempeng. Fjord, suatu teluk sempit inlet di antara tebing-tebing atau lahan terjal. Biasa djumpai di Norwegia, Alaska, Selandia Baru, dll. Sebelumnya fjord ini merupakan sungai gletser yang terbentuk di wilayah pegunungan di kawasan pantai. Saat suhu menjadi hangat, sungai gletser ini mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan membanjiri lembah di sela-sela pegunungan tersebut. Tsunami Di Indonesia Berdasarkan katalog gempa 1629 - 2002 di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali, yakni 1 kali akibat longsoran landslide, 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa tektonik. Hal-hal yang paling berpotensi menimbulkan tsunami adalah Gempa yang terjadi di dasar laut Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km Kekuatan gempa lebih besar dari 6,0 Skala Richter Jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun Tsunami di Samudra Hindia -26 Desember 2004 26 Desember 2004 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Ya, setelah sekian lama, kita mengalami musibah besar yang bukan hanya melanda negeri kita, tapi juga negeri-negeri lain seperti Thailand, Bangladesh, India, Sri Landa, bahkan Maladewa, Somalia, Kenya, dan Tanzania yang berada di Afrika. Tsunami yang melanda Aceh dan sebagian Sumatera Utara, sebelumnya ditandai dengan gempa berkekuatan 9,15 magnitudo momen. Ratusan ribu orang tewas, belum lagi korban luka-luka dan korban materi. Jumlah korban yang sangat besar membuat tsunami ini merupakan tsunami paling mematikan sepanjang sejarah dunia. Sayangnya, kita tidak memiliki sistem peringatan dini seperti halnya yang ada di Samudra Pasifik. Ini karena kita memang jarang mengalami musibah tsunami. Tsunami terakhir yang cukup besar di Indonesia terjadi pada tahun 1883, yang disebabkan oleh meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda. Itu berarti sudah lebih dari seabad yang lalu. Setelah ada tsunami ini, UNESCO dan lembaga-lembaga lainnya di dunia mulai merintis pengembangan sistem pengawasan tsunami global untuk wilayah di sekitar Samudra Hindia.
. 245 371 170 100 267 464 130 15

tipe tsunami m 2 memiliki arti